Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Minggu, 16 Oktober 2011

Asuhan Keperawatan Meningitis

ASKEP MENINGITIS
DEFINISI
Meningitis adalah infeksi cairan otakdan disertai proses peradangan yang mengenai piameter, araknoid dan dapat
meluas ke permukaan jarinag otak dan medula spinalis yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa yang
terdapat secara akut dan kronis.
Meningitis dibagi menjadi dua :
1. Meningitis purulenta
Yaitu infeksi selaput otak yang disebabkan oleh bakteri non spesifik yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau
reaksi purulen pada cairan otak. Penyebabnya adalah pneumonia, hemofilus influensa, E. Coli.
2. Meningitis tuberkulosa
Yaitu radang selaput otak dengan eksudasi yang bersifat serosa yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis, lues, virus,
riketsia.
Berdasarkan lapisan selaput otak yang mengalami radang meningitis dibagi menjadi :
1. Pakimeningitis, yamg mengalami adalah durameter
2. Leptomeningitis, yang mengalami adalah araknoid dan piameter.
ETIOLOGI
 H. influenza ( type B )
 Streptokokus pneumonie
 Neisseria meningitides ( meningococus)
  Hemolytic streptococcus
 Stapilococus aureus
 Escherecia coli
TANDA DAN GEJALA
Pada meningitis purulenta ditemukan tanda dan gejala :
1. Gejala infeksi akut atau sub akut yang ditandai dengan keadaan lesu, mudah terkena rangsang, demam, muntah
penurunan nafsu makan, nyeri kepala.
2. Gejala peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan muntah, nyeri kepala, penurunan kesadaran ( somnolen
sampai koma ), kejang, mata juling, paresis atau paralisis.
3. Gejala rangsang meningeal yang ditandai dengan rasa nyeri pada leher dan punggung, kaku kuduk, tanda brodsinky I
dan II positif dan tanda kerning positif.
Tanda kerning yaitu bila paha ditekuk 90°ke depan, tuungkai dapat diluruskan pada sendi lutut.
Tanda brudzinky I positif adalah bila kepal di fleksi atau tunduk ke depan, maka tungkai akan bergerak fleksi di sudut
sendi lutut.
Tanda brodzinky II positif adalah bila satu tungkai ditekuk dari sendi lutut ruang paha, ditekankan ke perut penderita,
maka tungkai lainnya bergerak fleksi dalam sendi lutut.
Pada meningitis tuberkulosas didapatkan gejala dalam stadium-stadium yaitu :
1. Stadium prodomal ditandai dengan gejala yang tidak khas dan terjadi perlahan-lahan yaitu demam ringan atau
kadang-kadang tidak demam, nafsu makan menurun, nyeri kepala, muntah, apatis, berlangsung 1-3 minggu, bila
tuberkulosis pecah langsung ke ruang subaraknoid, maka stadium prodomal berlangsung cepat dan langsung masuk ke
stadium terminal.
2. Stadium transisi ditandai dengan gejala kejang, rangsang meningeal yaitu kaku kuduk, tanda brudzinky I dan II
positif, mata juling, kelumpuhan dan gangguan kesadaran.
3. Stadium terminal ditandai dengan keadaan yang berat yaitu kesadaran menurun sampai koma, kelumpuhan,
pernapasan tidak teratur, panas tinggi dan akhirnya meninggal.
PATOFISIOLOGI
Kuman atau organisme dapat mencapai meningen ( selaput otak ) dan ruangan subaraknoid melalui cara sebagai berikut
:
1. Implantasi langsung setelah luka terbuka di kepala
2. Perluasan langsung dari proses infeksi di telingga tengah sinus paranasalis, kulit.
3. Kepala, pada muka dan peradangan di selaput otak/ skitarnya seperti mastoiditis
4. Sinusitis, otitis media
5. Melalui aliran darah waktu terjadi septikemia
6. Perluasan dari tromboplebitis kortek
7. Perluasan dari abses ekstra dural, sudural atau otak
8. Komplikasi bedah otak
9. Penyebaran dari radang.
Pada meningitis tuberkulosa dapat terjadi akibat komplikasi penyebaran tuberkulosis paru primer, yaitu :
1. secara hematogen, melalui kumanmencapai susunan saraf kemudian pecah dan bakteri masuk ke ruang subaraknoid
melalui aliran darah.
2. Cara lain yaitu dengan perluasan langsung dari mastoiditis atau spondilitis tuberkulosis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan cairan otak melalui pungsi lumbal, didapatkan :
a. Tekanan
b. Warna cairan otak: pada keadaan normal cairan otak tidakberwarna. Pada menigitis purulenta berwarna keruh sampai
kekuning-kuningangan. Sedangkan pada meningitis tuberkulosis cairan otak berwarna jernih.
c. Protein ( 0,2-0,4 Kg ) pada miningitis meninggi
d. Glukosa dan klorida
2. None pandi
3. Pemeriksaan darah
4. Uji tuberkulin positif dari kurasan lambung untuk meningitis tuberkulosis
5. Pemeriksaan radiologi
a. CT Scan
b. Rotgen kepala
c. Rotgen thorak
6. Elektroensefalografi ( EEG ), akan menunjukkan perlambatan yang menyeluruh di kedua hemisfer dan derajatnya
sebanding dengan radang.
MANAGEMEN TERAPI
Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif suporatif untuk membantu pasien
melaluimasa kritis :
1. Penderita dirawat di rumah sakit
2. Pemberian cairan intravena
3. Bila gelisah berikan sedatif/penenang
4. Jika panas berikan kompres hangat, kolaborasi antipiretik
5. Sementara menunggu hasil pemeriksaan terhadap kausa diberikan :
a. Kombinasi amphisilin 12-18 gram, klorampenikol 4 gram, intravena 4x sehari
b. Dapat dicampurkan trimetropan 80 mg, sulfa 400 mg
c. Dapat pula ditambahkan ceftriaxon 4-6 gram intra vena
6. Pada waktu kejang :
a. Melonggarkan pakaian
b. Menghisap lendir
c. Puasa untuk menghindari aspirasi dan muntah
d. Menghindarkan pasien jatuh
7. Jika penderita tidak sadar lama :
a. Diit TKTP melalui sonde
b. Mencegah dekubitus dan pneumonia ostostatikdengna merubah posisi setiap dua jam
c. Mencegah kekeringan kornea dengan borwater atau salep antibiotik
8. Jika terjadi inkontinensia pasang kateter
9. Pemantauan ketat terhadap tanda-tanda vital
10. Kolaborasi fisioterapi dan terapi bicara
11. Konsultasi THT ( jika ada kelainan telinga, seperti tuli )
12. Konsultasi mata ( kalau ada kelainan mata, seperti buta )
13. Konsultasi bedah ( jika ada hidrosefalus )
KOMPLIKASI
a. Ketidaksesuaian sekresi ADH
b. Pengumpulan cairan subdural
c. Lesi lokal intrakranial dapat mengakibatkan kelumpuhan sebagian badan
d. Hidrocepalus yang berat dan retardasi mental, tuli, kebutaan karena atrofi nervus II ( optikus )
e. Pada meningitis dengan septikemia menyebabkan suam kulit atau luka di mulut, konjungtivitis.
f. Epilepsi
g. Pneumonia karena aspirasi
h. Efusi subdural, emfisema subdural
i. Keterlambatan bicara
j. Kelumpuhan otot yang disarafi nervus III (okulomotor), nervus IV (toklearis ), nervus VI (abdusen). Ketiga saraf
tersebut mengatur gerakan bola mata.
Diagnosa yang muncul :
1. Gangguan perfusi jaringan serebral
2. Nyeri akut
3. Resiko infeksi
4. Kurang pengetahuan
es darah dan pencitraan
Dalam seseorang dicurigai meningitis, dilakukan tes darah untuk tanda peradangan (misalnya C-reactive protein, hitung
darah lengkap), serta kultur darah.
Tes yang paling penting dalam mengidentifikasi atau mengesampingkan meningitis adalah analisa cairan serebrospinal
melalui pungsi lumbal (LP, tekan tulang belakang). Namun, pungsi lumbal merupakan kontraindikasi jika ada massa di
otak (tumor atau abses) atau tekanan intrakranial (ICP) yang tinggi, karena dapat menyebabkan herniasi otak. Jika
seseorang berisiko baik massa atau mengangkat ICP (cedera kepala belakangan ini, masalah sistem yang dikenal
kekebalan tubuh, lokalisasi tanda-tanda neurologis, atau bukti pada pemeriksaan dari ICP mengangkat), CT scan atau
MRI dianjurkan sebelum pungsi lumbal. Ini berlaku di 45% dari semua kasus dewasa. Jika CT atau MRI diperlukan
sebelum LP, atau jika LP terbukti sulit, pedoman profesional menunjukkan bahwa antibiotik harus diberikan pertama
untuk mencegah keterlambatan dalam pengobatan, terutama jika ini mungkin lebih dari 30 menit. Seringkali, CT scan
atau MRI dilakukan pada tahap berikutnya untuk menilai komplikasi meningitis.
Lumbar pungsi
Pungsi lumbar dilakukan dengan posisi pasien, biasanya berbaring di samping, menerapkan anestesi lokal, dan
memasukkan jarum ke dalam kantung dural (sebuah kantung di sekitar saraf tulang belakang) untuk mengumpulkan
cairan cerebrospinal (CSF). Saat ini telah tercapai, "membuka tekanan" dari CSF diukur dengan menggunakan
manometer. Tekanan biasanya antara 6 dan 18 cm air (cmH2O); pada meningitis bakteri tekanan biasanya ditinggikan.
Tampilan awal fluida dapat membuktikan indikasi sifat infeksi: CSF berawan menunjukkan tingkat yang lebih tinggi
protein, sel darah putih dan merah dan / atau bakteri, dan karena itu mungkin menyarankan meningitis bakteri.
Gram noda meningokokus dari budaya menunjukkan Gram negatif (pink) bakteri, sering di pasang. Sampel CSF
diperiksa untuk kehadiran dan jenis sel darah putih, sel darah merah, kadar protein dan kadar glukosa. Pewarnaan Gram
dari sampel dapat menunjukkan bakteri pada meningitis bakteri, tetapi tidak adanya bakteri tidak mengesampingkan
meningitis bakteri karena mereka hanya terlihat pada 60% kasus, angka ini dikurangi dengan 20% jika antibiotik
diberikan sebelum diambil sampel , dan pewarnaan Gram juga kurang dapat diandalkan dalam infeksi tertentu seperti
Listeria. Mikrobiologi budaya sampel lebih sensitif (itu mengidentifikasi organisme dalam 70-85% kasus) tetapi
hasilnya bisa memakan waktu hingga 48 jam untuk menjadi tersedia. Jenis sel darah putih terutama hadir memprediksi
apakah meningitis disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus.
Konsentrasi glukosa dalam CSF biasanya di atas 40% bahwa dalam darah. Dalam meningitis bakteri itu biasanya lebih
rendah, tingkat glukosa CSF Oleh karena itu dibagi dengan glukosa darah (CSF glukosa untuk serum rasio glukosa).
Rasio ≤ 0,4 adalah indikasi meningitis bakteri, di tingkat baru lahir, glukosa dalam CSF biasanya lebih tinggi, dan rasio
di bawah 0,6 (60%) karena itu dianggap abnormal. Tingginya kadar laktat dalam CSF menunjukkan kemungkinan yang
lebih tinggi meningitis bakteri, seperti halnya yang lebih tinggi jumlah sel darah putih.
Berbagai tes lebih khusus dapat digunakan untuk membedakan antara berbagai jenis meningitis. Sebuah tes aglutinasi
lateks mungkin positif pada meningitis disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli dan kelompok streptokokus B; menggunakan rutin tidak dianjurkan karena
jarang menyebabkan perubahan dalam pengobatan, tetapi dapat digunakan jika tes lain tidak diagnostik. Demikian
pula, uji lisat Limulus mungkin positif pada meningitis disebabkan oleh bakteri Gram-negatif, tetapi pemanfaatannya
terbatas kecuali tes lain telah membantu. Polymerase chain reaction (PCR) adalah teknik yang digunakan untuk
memperkuat jejak kecil DNA bakteri untuk mendeteksi keberadaan DNA bakteri atau virus dalam cairan serebrospinal,
yang merupakan tes yang sangat sensitif dan spesifik karena hanya jumlah jejak DNA agen menginfeksi adalah
diperlukan. Mungkin mengidentifikasi bakteri pada meningitis bakteri dan dapat membantu dalam membedakan
berbagai penyebab meningitis virus (enterovirus, herpes simplex virus 2 dan gondok pada mereka yang tidak
divaksinasi untuk ini). Serologi (identifikasi antibodi terhadap virus) mungkin berguna pada meningitis virus. Jika
meningitis TB dicurigai, sampel diproses untuk pewarnaan Ziehl-Neelsen noda, yang memiliki sensitivitas rendah, dan
budaya TBC, yang membutuhkan waktu lama untuk proses; PCR sedang digunakan semakin. Diagnosis meningitis
kriptokokal dapat dibuat dengan biaya rendah menggunakan tinta India noda dari CSF, namun pengujian antigen
kriptokokus dalam darah atau CSF lebih sensitif, terutama pada orang dengan AIDS
Sebuah teka-teki diagnostik dan terapeutik adalah "sebagian diperlakukan meningitis", dimana ada gejala meningitis
setelah menerima antibiotik (seperti untuk sinusitis dugaan). Ketika ini terjadi, temuan CSF mungkin mirip dengan
meningitis virus, tetapi pengobatan antibiotik mungkin perlu dilanjutkan sampai ada bukti positif definitif penyebab
virus (misalnya PCR Enterovirus positif).
Postmortem
Meningitis dapat didiagnosis setelah kematian telah terjadi. Temuan dari post mortem biasanya merupakan peradangan
luas dari piameter arakhnoid dan lapisan meninges yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang. leukosit neutrofil
cenderung memiliki bermigrasi ke cairan cerebrospinal dan dasar otak, bersama dengan saraf cranial dan sumsum
tulang belakang, dapat dikelilingi dengan nanah-sebagaimana pembuluh meningeal.
Penyakit meningitis menjadi penyebab wafatnya Gisca Putri Agustina Sahetapy, anak dari artis Dewi Yull dan Ray
Sahetapy, Jumat (11/6) pukul 03.30 WIB. Seperti apa penyakit ini?
Meningitis adalah radang membran pelindung sistem syaraf pusat. Membran atau selaput ini melapisi otak dan syaraf
tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu yang
menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke dalam cairan otak.
Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan
kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian.
Daerah ‘sabuk meningitis’ di Afrika terbentang dari Senegal di barat ke Ethiopia di timur. Daerah ini ditinggali kurang
lebih 300 juta manusia. Pada 1996 terjadi wabah meningitis yang menyerang 250.000 orang, dan sebanyak 25.000
orang wafat.
Pasien yang diduga mengalami Meningitis haruslah dilakukan suatu pemeriksaan yang akurat, baik itu disebabkan
virus, bakteri ataupun jamur. Ini diperlukan untuk spesifikasi pengobatannya, karena masing-masing akan mendapatkan
terapi sesuai penyebabnya.
Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan pulih tanpa pengobatan dan perawatan yang
spesifik. Namun Meningitis disebabkan oleh bakteri bisa mengakibatkan kerusakan otak, hilangnya pendengaran,
kurangnya kemampuan belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Sedangkan Meningitis disebabkan oleh jamur sangat jarang. Jenis ini umumnya diderita orang yang mengalami
kerusakan immun (daya tahan tubuh) seperti pada penderita AIDS.
Sementara bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis di antaranya Streptococcus
pneumoniae(pneumococcus), aemophilus influenzae (haemophilus), Neisseria meningitidis (meningococcus), Listeria
monocytogenes (listeria) dan bakteri lainnya seperti Staphylococcus aureus dan Mycobacterium tuberculosis.
Pneumococcus merupakan bakteri yang paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak. Jenis
bakteri ini juga yang bisa menyebabkan infeksi pneumonia, telinga dan rongga hidung (sinus).
Sedangkan bakteri Meningococcus) merupakan penyebab kedua terbanyak setelah Pneumococcus. Bakteri ini
menyebabkan infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya masuk ke dalam peredaran darah.
Sementara Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat menyebabkan meningitis. Jenis
virus ini sebagai penyebab infeksi pernafasan bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin (Hib
vaccine) telah membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus meningitis yang disebabkan bakteri jenis ini.
Jenis bakteri lainnya yang ditemukan di banyak tempat adalah Listeria. Bakteri ini biasa ditemukan di dalam debu dan
dalam makanan yang terkontaminasi. Makanan ini biasanya yang berjenis keju, hot dog, dan daging sandwich. Bakteri
ini memang berasal dari hewan lokal (peliharaan).
Gejala yang khas dan umum ditampakkan oleh penderita meningitis di atas umur 2 tahun adalah demam, sakit kepala
dan kekakuan otot leher yang berlangsung berjam-jam atau dirasakan sampai dua hari. Tanda dan gejala lainnya adalah
photophobia (takut/menghindari sorotan cahaya terang), phonophobia (takut/terganggu dengan suara yang keras), mual,
muntah, sering tampak kebingungan, kesusahan untuk bangun dari tidur, bahkan tak sadarkan diri.
Pada bayi gejala dan tanda penyakit meningitis mungkin sangatlah sulit diketahui, namun umumnya bayi akan tampak
lemah dan pendiam (tidak aktif), gemetaran, muntah dan enggan menyusui.
Apabila ada tanda-tanda dan gejala seperti di atas, maka secepatnya penderita di bawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan pelayan kesehatan yang intensif. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan labratorium yang meliputi tes darah
(elektrolite, fungsi hati dan ginjal, serta darah lengkap), dan rontgen paru akan membantu tim dokter dalam
mendiagnosa penyakit.
Sedangkan pemeriksaan yang sangat penting apabila penderita telah diduga meningitis adalah pemeriksaan Lumbar
puncture (pemeriksaan cairan selaput otak). Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis,
maka pemberian antibiotik secara infus (intravenous) adalah langkah yang baik untuk menjamin kesembuhan serta
mengurang atau menghindari risiko komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada penderita tergantung dari jenis
bakteri yang ditemukan.
Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk, bersin, ciuman, sharing sendok makan,
pemakaian sikat gigi bersama, dan merokok bergantian dalam satu batangnya.
Untuk pencegah tertular penyakit ini, cucilah tangan yang bersih sebelum makan dan setelah ke toilet umum,
memegang hewan peliharaan. Menjaga stamina (daya tahan) tubuh dengan makan bergizi dan berolahraga yang teratur
adalah sangat baik menghindari berbagai macam penyakit.

0 komentar:

Posting Komentar