Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Kamis, 20 Oktober 2011

Asuhan Keperawatan Kesehatan Mental Lansia


KESEHATAN MENTAL PADA LANSIA

A.  Latar Belakang
Di negara maju seperti di Amerika pertambahan usia lanjut ± 1000 orang perhari dan pada tahun 1985, 50 % dari penduduk berusia lebih dari 50 tahun. Di Indonesia menurut sensus pada tahun 1980 jumlah penduduk 14,3 juta orang. Dari angka itu terdapat 116,3 juta orang yang berumur yang berumur 50 tahun ke atas ± 6,3 orang berumur 60 tahun keatas dan 822,831 orang jompo yaitu para lanjut usia yang memerlukan bantuan khusus.
Seiring dengan keberhasilan pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang yaitu adanya keberhasilan ekonomi, perbaikan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan terutama di bidang medis atau kedokteran, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan individu serta harapan hidup.
Secara individu pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini menimbulkan masalah fisik, mental, social, ekonomi, psikologis dll. Bnyak perubahan yang terjadi pada proses menua yang hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Perubahan yang berkaitan dengan faktor kepribadian adalah masalah mental.
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan dan lingkungan. Ada dua permasalahan pada usila akibat proses menua yaitu berkaitan dengan dengan kenangan dan intelegency quantion. Pada memori berkaitan jangka panjang dan jangka pendek sedangkan intelegency quantion meliputi tidak berubahnya dengan informasi matematika dan perkataan, berkurangnya penampilan dann ketrampilan psikomotor.



B. Konsep Kesehatan Mental Pada Lansia
Konsep. Kesehatan mental merupakan suatu komponen mayor dari keberhasilan proses menua bersama dengan kesehatan fisik pendapatan yang adekuat dan support system yang adekuat (keluarga, teman, kegiatan agama dan tetangga) (Anette G.L., 1996).
Untuk meningkatkan fungsi dan peran perawat, perawat harus memiliki ilmu yang komprehensif, meliputi teori menua kesehatan mental biopsikososial dan keterampilan klnik teori neurobehavioral, pengobatan psikotherapeutik dan pengobatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
  • Pertama-tama perubahan fisik khususnya organ perasa.
  • Kesehatan umum
  • Tingkat pendidikan
  • Hereditas
  • Lingkungan

Perubahan kepribadian yang drastic jarang terjadi. Lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.

  • Kenangan (memory)
Ø  Kenangan jangka panjang : berjam-jam sampai beberapa hari yang lalu mencakup beberapa perubahan.
Ø  Kenangan jangka pendek/seketika : 0 – 10 menit, kenangan buruk.

·       Intelegency Quantion. (IQ)
Ø  Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
Ø  Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor : terjadi perubahan pada daya membayangkan karena rekanan-rekanan dari faktor waktu. (Wahyudi nugroho).

Masalah-masalah kesehatan mental pada usia lanjut :
·       Menurut wahyudi nugroho, SKM dalam keperawatan gerontology, gangguan mental pada lansia sebagai berikut :
o   Agresi
o   Kemarahan
o   Kecemasan
o   Kekacauan mental
o   Penolakan
o   Ketergantungan
o   Depresi
o   Manipulasi
o   Mengalami rasa sakit
o   Kehilangan rasa sedih dan kecewa.

·       Menurut Anetta G.L. dalam gerontology nursing :
o   Depresi
o   Bunuh diri
o   Schizophrenia
o   Paranoit
o   Retardasi mental
o   Alzeimer


1.   Depresi
Depresi adalah suatu perasaan sedih dan pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam.

Pengkajian pada pasien depresi akan diperoleh data sebagai berikut :
o   Pandangan kosong
o   Kurang/hilangnya perhatian diri, orang lain/lingkungannya.
o   Inisiatif menurun
o   Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
o   Aktifitas menurun
o   Kurang minat nafsu makan
o   Mengeluh tidak enak badan dan kehilangan semangat, sedih atau cepat capek disepanjang waktu, mungkin susah tidaur disiang hari.

Diagnosa keperawatan :
§  Tidak efektifnya koping individu
§  Proses kehilangan yang disfungsional
§  Resiko tinggi kebingungan
§  Tidak berdaya
§  Gangguan interaksi social
§  Merasa tidak p[unya harapan
§  Resiko untuk kesepian
§  Gangguan pemenuhan perawatan diri
§  Harga diri rendah

Intervensi :
·       Pertolongan segera untuk mengatasi depresi.
Untuk membantu klien lanjut usia memahami dan menyatakan perasaan positif dan negatif yang menyangkut dirinya, orang lain dan apa yang terjadi.
o   Adakan kontak dengan klien usia lanjut sesering mungkin, baik secara verbal maupun non verbal.
o   Beri perhatian terus-menerus, walaupun klien lanjut usia tidak mau dan tidak dapat berbicara pada anda.
o   Pendekatan ini akan menjadikan anda seperti seorang yang menyenangkan dan menarik. Ingat, klien lanjut usia yang mengalami depresi biasanya merasa dirinya tidak berharga. Suatu kepercayaan bahwa seseorang menaruh minat dan memperhatikan mereka adalah tindakan yang paling menolong.
o   Libatkan klien lanjut usia dalam menolong dirinya sendiri atau aktifitas sehari-hari dan berangsur-angsur ditambah dengan yang lain.
o   Jika anda merasa perlu, usulkan pada dokteer untuk memakai anti depressant.

·       Peralihan ke pelaksanaan perawatan diri sendiri.
o   Untuk menambah harga diri :
o   Teruskan meluangkan waktu untuk klien lanjut usia sehari-hari.
o   Gunakan pertanyaan yang terbuka untuk mengekspresikan perasaan klien lanjut usia. Misalnya anda kelihatan sedih hari ini. Apa yang menguatkan ekspresi perasaan.
o   Jangan katakana pada klien lanjut usia bahwa ia tidak sesedih seperti apa yang ia rasakan, pendekatan ini hanya akan menguatkan perasaan klien lanjut usia bahwa tak seorangpun yang mengerti.
o   Puji klien lanjut usia karena keterlibatannya dalam menolong dirinya atau aktifitas lainnya.

·       Menolong sesama dengan tujuan membantu klien lanjut usia secara optimal untuk memudahkan pengenalan cara penyesuaian diri, dan untuk memudahkan kemampuan staf memulai mengubah klien lanjut usia.
o   Yakin bahwa setiap orang sadar akan tanggungjawab mereka untuk tidak memperberat ketika klien sedang merasa sedih sepanjang waktu.
o   Menganjurkan pada staf atau orang-orang penting lainnya untuk memuji klien lanjut usia dalam usahanya dan aktifitas lainnya.
o   Membantu staf dalam usahanya untuk memaksa klien lanjut usia berbicara, arahkan mereka untuk memberi perhatian kepada klien lanjut usia sebanyak mungkin.



2.  Delerium, Dimensi dan yang berhubungan dengan kerusakan otak
Delerium dan dimensia merupakan kelompok kerusakan yang diketahui sama dengan kerusakan kognitif. Kerusakan ini mempunyai penyebab yang multiple dan penampakannya sangat bervariasi. Delerium dan dimensi perlu perawatan yang lama terkait dengan manajemen keperawatan.

Pengkajian :
·       Depresi
·       Kecemasan
·       Gangguan tidur
·       Sensory deprivation
·       Nyeri
·       Stres
·       Reaksi berduka
·       Gelisah
·       Banyak gerak tanpa tujuan
·       Kabur/tidak dapat mengidentifikasi waktu
·       Tampak mengantuk sepanjang hari
·       Menurunnya perhatian
·       Daya ingat terhadap hal-hal yang baru terjadi terganggu.
·       Ketidakmampuan untukmenyeimpan informasi yang diberikan
·       Lebih kacau pada malam hari

Diagnosa (NANDA)
  • Resiko tinggi cedera
  • Kebingungan terhadap diri sendiri dan orang lain
  • Gangguan interaksi social
  • Tidak efektifnya koping individu dan keluarga
  • Tidak berdaya
  • Kurangnya perawatan diri
  • Perubahan konsep diri
  • Perubahan pola tidur
Intervensi :
  • Mencapai timbulnya gejala
  • Mengubah pandangan klien
  • Meningkatkan kesehatan, sosialisasi, kemandirian
  • Meningkatkan daya dukung keluarga
  • Pertolongan untuk mengatasi kekacauan (tepatnya untuk kekacauan yang ringan atau berat, baik yang bersifat tetap atau sementara)
Untuk mengurangi beratnya kekacauan dan menghilangkan peningkatan kekacauan dari faktor non fisiologis, dengan jalan :
Ø  Mencari penyebab fisiologis kekacauan dan jika ada, apakah dapat dihilangkan. Misalnya keseimbangan elektrolit dapat menyebabkan kekacauan itu akan hilang.
Ø  Tetap melibatkan klien dalam aktifitas, misalnya : latihan olah raga, berbicara, pekerjaan tangan, atau membantu staf jika mungkin.
Ø  Selalu memberitahukan kepada klien lanjut usia tentang segala sesuatu yang akan dilakukan
Ø  Mengurangi kerusakan indera yang dialami oleh klien lanjut usia
o   Meluangkan waktu uantuk bersama beserta staf yang lain atau dengan klien lanjut usia yang lebih tenang terutama waktu makan.
o   Mempersilakan klien lanjut usia duduk dengan orang lain
o   Bawa klien lanjut usia keluar dari kamarnya, sedapat mungkin dengan klien lain, juga bila mengajak masuk kamar
Ø  Lakukan tindakan pengamanan untuk mencegah luka pada diri klien dan orang lain.

  • Peralihan ke pelaksanaan perawatan ke diri sendiri(tapatnya untuk kekacauan yang ringan baik yang bersifat sementara atau tetap). Membantu atau mempermudah klien lanjut usia sadar akan dirinya dan lingkungan sekarang.
Ø  Puji klien lanjut usia dalam usahanya untuk kebersamaan dengan orang lain dan ikut serta dalam lingkungannya
Ø  Bersikap jujur pada lanjut usia
Ø  Jangan memperlakukan klien lanjut usia seperti anak kecil dan jangan mencaci bila is bersikap tidak dewasa
Ø  Tetap mengingat bahwa klien lanjut usia mempunyai kebutuhan dan hasrat

·       Menolong sesama dengan tujuan membantu klien lanjut usia secara tepat.
Ø  Jangan mengijinkan keluarga atau orang lain, yang penting untuk mengikutsertakan anda dalam pendekatan yang tidak jujur kepada klien lanjut usia
Ø  Terangkan kepada keluarga atau staf lain tentang perlunya klien lanjut usia mengetahui dan menghayati kebenaran
Ø  Jangan menyokong penolakan dari orang lain yang penting bagi klien lanjut usia
Ø  Puji keluarga klien, staf dan orang lain yang melibatkan diri terhadap klien lanjut usia.



3.  Bunuh diri
Faktor resiko terjadinya bunuh diri pada usia lanjut :
  • Umur/usia yang terlalu tua (75 – 85 tahun)
  • Social ekonomi yang rendah
  • Laki-laki
  • Hidup sendiri
  • Sakit fisik
  • Nyeri kronis
  • Kematian pasangan
  • Kehilangan yang lain
  • Penyalahgunaan zat
  • Riwayat keluarga dengan bunuh diri
  • Ketakutan
  • Isolasi social
  • Gangguan tidur kronis
  • Depresi

Diagnosa keperawatan
  1. Tidak efektifnya koping individu
  2. Berduka disfungsional
  3. Tidak berdaya
  4. Kebingungan
  5. Distres spiritual

Intervensi :
·       Identifikasi klien meluputi : verbal, perasaan dan emosional
·       Laporan klien tentang ide bunuh diri
·       Kaji keefektifan koping, manajmen stress dan frustasi
·       Pengalaman kontrol kebiasaan dengan orang lain
·       Ekspresi kepuasan terhadap spiritual


4.  Kecemasan
Adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas dan hebat. Ini terjadi reaksi terhadap suatu yang dialami oleh seseorang. Kemungkinan data yang diperoleh pada pengkajian :
  • Bicara cepat
  • Meremas-remas tangannya
  • Berulang-ulang bertanya
  • Tidak mampu berkonsentrasi atau tidak mengerti penjelasan-penjelasan
  • Tidak mampu menyimpan informasi-informasi yang diberikan
  • Gelisah
  • Keluhan-keluhan badan
  • Kedinginan dan telapak tangan lembab

Diagnosa keperawatan :
·       Cemas
·       Tidak efektif koping individu
·       Menolong sesama dengan tujuan membantu klien usia lanjut secara tepat.

Intervensi :
§  Melibatkan staf lain dalam merawat klien lanjut usia dengan tindakan, seperti : memperkuat penjelasan yang diberikan, menyediakan sedikit waktu untuk klien lanjut usia hendaknya realistis.
§  Melibatkan anggota keluarga atau teman dalam proses meyakinkan kembali dan menjelaskan.
§  Puji dengan kata-kata kepada orang lain yang berminat bila memang menunjukan keterlibatannya dengan klien lanjut usia.


5.  Paranoid/Paraphrenia
Sering terjadi pada perempuan yang tidak diketahui sebabnya. Terjadi gangguan keseimbangan penglihatan dan pendengaran isolasi, tidak percaya, merasa tidak berdaya ketergantungan perawatan diri.

Pengkajian disesuaikan dengan tanda gejala dari paranoid.

Diagnosa keperawatan :
  • Kecemasan
  • Ketidakseimbangan interaksi social

Intervensi :
  • Pendidikan keluarga
  • Interpersonal terapi
  • Hormati klien dengan aktifitas















LANJUT USIA YANG MENUNJUKAN AGRESI

Pengertian agresi adalah suatu tindakan yang bersifat menyerang disertai dengan kekuatan. Tindakan ini dapat disertai tindakan fisik, kata-kata atau sibolis. Tindakan ini mungkin saja realistis dan dilakukan demi penjagaan diri, seringkali mengungkapkan keyakinan yang sangat tinggi atau mungkin merupakan tindakan yang tidak realistis dan ditujukan terhadap lingkungan atau bahkan ditujukan kepada dirinya sendiri.
Gejala-gejala umum :
1.     Adanya tuntutan-tuntutan yang terus-menerus secara terang-terangan.
2.     Kemarahan terus-menerus yang ditujukan kepada petugas
3.     Penolakan untuk mendengarkan petugas
4.     Selalu atau kadang-kadang berusaha melawan bila ada perubahan perawatan
5.     Berbicara kasar
6.     Bertingkah laku kasar
7.     Selalu atau kadang-kadang tidak memperdulikan perintah-perintah dokter.

Pertimbangan dalam perawatan, tujuan dan tindakan :
1.     Tindakan perawatan segera, untuk mengenal tingkah laku agresif dengan jalan :
·       Batasi tingkah laku fisik yang membahayakan serta terangkan kepada klien lanjut usia mengapa tindakan tersebut diambil
·       Kuatkan fungsi fisik serta fungsi emosi, yang sebelumnya memang berfungsi baik (agresi seringkali berhubungan dengan rasa takut).
·       Selalu memberitahukan kepada klien lanjut usia tentang tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan.
·       Dorong dan Fasilitasi klien lanjut usia untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya sehubungan dengan penyakit atau perawatannya, yaitu dengan :
Ø  Gunakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka.
Ø  Duduk mendampingi dan mendengarkan klien lanjut usia.
Ø  Terangkan bahwa agresi klien lanjut usia itu dapat dikarenakan rasa ketergantungan dan kekhawatirannya.
Ø  Jangan mencoba untuk mempertahankan diri, mempertahankan para petugas, ataupun mempertahankan perawatan. Hal yang demikian hanya akan meningkatkan agitasi klien lanjut usia, untuk itu didengarkan apa yang dikatakan oleh klien lanjut usia. Perhatian semacam ini diberikan paling tidak sekali sehari.

2.     Peralihan ke pelaksanaan diri sendiri : membimbing atau mengarahkan kembali ungkapan-ungkapan kebutuhan guna mempertahankan kebebasan serta kontrol.
·       Rencanakan tindakan keperawatan, juga yang bersifat rutin atau sehari-hari bersama klienlanjut usia, berikan mereka keleluasaan sebanyak mungkin dalam mengambil keputusan.
·       Lakukan penilaian tindakan perawatan tersebut bersama klien lanjut usia
·       Berikan klien lanjut usia kesempatan untuyk merencanakan hal-hal yang disukainya, misalnya : tidur terlambat, merenda atau membaca.
·       Berikan pujian terhadap usaha-usaha klien lanjut usia dalam mengontrol atau mengekspresikan tingkah laku agresifnya secara konstrukstif.

3.     Menolong sesama dengan tujuan membantu klien lanjut usia secara tepat.
·       Terangkan sebab-sebab tingkah laku lanjut usia, mengendalikan diri serta mengatasi perawatan di rumahsakit, ketakutan, kehilangan kontrol yang mungkin muncul.
·       Berikan pujian terhadap usaha-usaha orang lain itu dalam rangka membantu klien lanjut usia untuk mengatasi hal-hal tersebut.
·       Tekankan kepada petugas perawatan tentang pentingnya untuk tidak menghukum berat atau menolak usaha-usaha klien lanjut usia dalam mengatasi masalahnya dengan mempergunakan tingkah lakunya yang secara fisik merusak.




LANJUT USIA YANG MENUNJUKKAN KEMARAHAN

Pengertian kemarahan adalah rasa tidak senang yang kuat, biasannya karena konflik atau pertentangan.
Gejala-gejala umum :
1.     Berbicara sembarangan
2.     Sikap berbicara yang terlalu buruk terhadap orang lain, terutama terhadap petugas atau perawat.
3.     Menolak ikut serta dalam perawatan
4.     Menolak makan atau minum
5.     Menolak ketergantungan terhadap petugas
6.     Melemparkan makanan atau barang-barang lain
7.     Mengacaukan peralatan pengobatan pada dirinya, misalnya : mencabut set infus/IV.

Pertimbangan khusus dalam perawatan, tujuan serta tindakan-tindakannya :
1.     Perawatan dioni/segera demi penyadaran sikap marah, mengurangi atau bila perlu menghilangkan kemarahan fisik yang membahayakan dengan jalan :
·       Beritahukan kepada klien lanjut usia bahwa anda tidak akan membiarkan dirinya melanjutkan bertindak keras.
·       Luangkan waktu untuk klien lanjut usia, tanyakan kepadanya mengapa marah. Bila klien menolak untuk menjawab berikanlah sebuah contoh tentang hal-hal yang menyebabkan kemarahan.
·       Bantu dan berikan dorongan ke[ada klien untuk mengekspresikan kemarahannya kedalam kata-kata, puji usaha klien lanjut usia yang mau ikut bersama menggali sebab-sebab kemarahan tersebut.









LANJUT USIA YANG MENUNJUKAN PENOLAKAN

Pengertian penolakan adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian nyata atau sesuatu yang merupakan ancaman.
Gejala-gejala umum :
1.     Tidak percaya terhadap diagnosa, gejala, perkembangan serta keterangan yang diberikan.
2.     Mengubah keterangan yang diberikan sedemikian rupa sehingga diterima secara keliru
3.     Menolak membicarakan perawatannya di rumahsakit
4.     Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum, khusunya tindakan-tindakan yang langsung mengikutsertakan dirinya, misalnya perawatan kolostomi
5.     Menolak nasehat-nasehat, misalnya : istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama bila nasehat tersebut justru demi rasa kenyamanan penderita.

Pertimbangan-pertimbangan khusus dalam perawatan, tujuan dan tindakan :
1.     Perawatan segera untuk mengenali penolakan
Membiarkan klien lanjut usia bertingkah laku demikian dalam tenggang waktu tertentu (hal ini merupakan mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak membahayakan klien lanjut usia, orang lain serta lingkungan).
·       Berusaha mengidentifikasi pikiran-pikiran yang paling membahayakan dengan cara mengobservasi klien lanjut usia bila sedang mengalami puncak reaksinya. Misalnya pada suatu saat, klien lanjut usia mendapat diet 1000 kalori dan kebetulan anggota keluarga membawakan makanan yang sangat berlemak.
·       Berusaha mengemukakan kenyataan-kenyataan secara perlahan-lahan dimulai dari kenyataan terkecil yang merisaukan, misalnya : klien dengan  kolostomi yang menolak untuk memulai memperhatikan atau merawat kolostominya. Dalam situasi demikian mulailah membicarakan masalah diet bersama klien tetapi kemudia arahkan pembicaraan secara perlahan-lahan pada masalah diet untuk klien dengan kolostomi.
·       Jangan menyokong penolakan klien lanjut usia, akan tetapi berikan perawatan yang cocok bagi para klien dan bicarakan sesering mungkin bersamanya, jangan sampai menolak.

2.     Peralihan ke pelaksanaan perawatan diri sendiri
Mempermudah proses penerimaan terhadap kenyataan, misalnya dalam rangka perawatan dirinya sendiri agar klien lanjut usia aktif ikut serta :
  • Libatkan klien lanjut usia dalam perawatan dirinya misalnya dalam perencanaan waktu, tempat dan macam perawatan
  • Puji klien lanjut usia karena usahanya untuk merawat dirinya atau mulai mengenal kenyataan.
  • Membantu klien lanjut usia untuk mengungkapkan keresahan atau perasaan sedihnya dengan mempergunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka, mendengarkan dan meluangkan waktu untuk bersamanya setiap hari.


3.   Menolong sesama dengan tujuan untuk membantu klien lanjut usia secara tepat :
Melibatkan orang-orang lain dalam membantu klien lanjut usia menentukan perasaan-perasaannya.
Meluangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang bersangkutan tentang apa yang sedang terjadi pada diri klien lanjut usia serta hal-hal yang dapat dilakukan dalam rangka membantu.
Hendaknya pihak-pihak lain tersebut memuji usaha klien lanjut usia untuk menerima kenyataan.
Menyadarkan pihak-pihak lain akan pentingnya pemberian hukuman (bukan hukuman fisik) apabila klien lanjut usia mempergunakan penolakan (denial).



LANJUT USIA YANG MENGALAMI KETERGANTUNGAN

Batasn ketergantungan adalah meletakan kepercayaan kepada orang lain atau benda-benda lain, untuk bantuan yang terus-menerus, penenteraman hati serta pemenuhan kebutuhan.
Gejala umum :
1.     Menolak untuk ikut serta dalam perawatan diri sendiri
2.     Terus-menerus meminta staf perawat untuk melakukan apa yang sanggup ia lakukan sendiri
3.     Sering meminta staf perawat untuk meminta masuk kamarnya
4.     Terus-menerus menyatakan dengan kata-kata dan kelakuan bahwa ia tak berdaya dan tak mampu mengerjakan sesuatupun sendiri.
5.     Menolak untuk mempelajari cara-cara baru dalam merawat diri sendiri yang telah berbeda
6.     Menolak atau tak mampu mengambil keputusan
7.     Minta supaya tidak dipindahkan dari bagian-bagian khusus ke bagian lain.

Pertimbangan-pertimbangan khusus dalam perawatan, tujuan dan tindakan :
1.     Perawatan segera dalam menanggapi adanya kelakuan ketergantungan sampai tingkat yang dapat memberikan pada klien lanjut usia peningkatan kemampuan berdiri sendiri dan harga diri.
·       Usahakan untuk mengetahui sumber ketergantungan klien lanjut usia :
Ø  Apakah dirangsang oleh pengaruh lingkungan (apakah dirawat dirumah sakit mengurangi dan untuk menghilangkan kemampuan untuk berdiri sendiri) sehingga sampai sekarang ia merasa tergantung kepada orang lain.
Ø  Ketakutan akan perubahan-perubahan yang telah terjadi.
·       Jangan mencela atau secara terang-terangan menunjukan kelakuan ketergantungan klien lanjut usia.
·       Setelah menjelaskan secara hati-hati kepada klien lanjut usia, tentukan batas-batas untuk banyak dan jenis kelakuan ketergantungan yang bisa diterima oleh staf perawat.
·       Berikan perhatian sebentar-sebentar dan sering.
·       Beritahuka kepadanya bila anda akan dating lagi, kembalilah pada waktu tersebut atau kirimlah orang lain untuk mengganti anda.
·       Duduklah bersama klien sekurang-kurangnya sekali sehari.
·       Terangkan kepadanya bahwa anda tidak akan mengijinkan untuk terlalu tergantung karena anda menghormatinya, dan anda menyadari bahwa ia sanggup melakukan hal-hal untuk dirinya sebelum dirawat, dan sekarang anda tidak mau merebut kemampuannya tersebut.

2.      Peralihan ke pelaksaan perawatan diri sendiri.
·       Mulai perlahan-lahan mengikutsertakan klien lanjut usia dan mulai dengan satu macam kegiatan dulu, misalnya : menyuruh klien lanjut usia membantu anda memegangi sesuatu, beri pujian atas usahanya bila ia ikut ambil bagian tetapi jangan dibesar-besarkan.
·       Berikan bantuan dan pujian seluruh usahanya yang mengarah kepada kemampuan berdiri sendiri.
·       Ikut sertakan dalam membuat rencana perawatannya, biarkan ia mengambil beberapa keputusan, tetapi mulailah proses pengambilan keputusan dengan satu atau dua keputusan, jangan semuanya.

3.     Menolong sesama dengan tujuan membantu pihak lain untuk menolong klien lanjut usia secara tepat.
Untuk memudahkan pihak lain mengenali usaha klien lanjut usia untuk bergantung pada orang lain, dan untuk memudahkan usaha pihak lain dalam membantu klien lanjut usia memperoleh kemampuan berdiri sendiri :
  • Beri penjelasan dengan hati-hati mengenai kebutuhan klien lanjut usia untuk menjadi lebih tidak tergantung pada keluarga dan teman-teman.
  • Katakan pada orang-orang yang penting kaitannya dengan klien lanjut usia bahwa mereka akan sangat membantu.

Gejala-gejala umum :
1.      Penolakan terhadap pengobatan
2.      Seringkali membunyikan bel
3.      Selalu membuat permintaan-permintaan yang tidak perlu kepada petugas
4.      Selalu berusaha menyenangkan hati perawat dan bekerja sebaik mungkin.
5.      Selalu menangis
6.      Agresif atau krisis terhadap petugas
7.      Merasa ada tekanan yang aneh dalam perut
8.      Keluhan-keluhan somatic

Pertimbangan-pertimbangan khusus dalam perawatan, tujuan dan tindakan :
1.      Pertolongan segera dalam mengatasi ketakutan.
Untuk mengenali bahaya dan mengurangi derajad ketakutan tersebut :
·        Berusaha mengenali sumber ketakutan yang khas/spesifik.
·        Gunakan pertanyaan yang terbuka, misalnya : apa yang paling anda khawatirkan selama ini ?.
·        Berikan keterangan dengan hati-hati tentang semua yang terjadi dan teruskan memberikan keterangan setelah beberapa waktu sebelum melakukan perawatan.
·      Setelah keterangan diberikan anjurkan klien lanjut usia mengulangi kembali keterangan yang anda berikan dengan kata-katanya sendiri dan apa arti keterangan tersebut baginya. Ulangi beberapa kali untuk memastikan bahwa klien lanjut usia betul-betul mengerti.
·      Jika anda tidak dapat mengurangi ketakutan (karena kematian pada waktu operasi) sebelum operasi dilakukan, beritahu dokter sehingga dapat diambil tindakan yang tepat, operasi mungkin dapat dibatalkan.

2.      Peralihan ke pelaksanaan perawatan diri sendiri
Untuk membantu mempermudah pengungkapan ketakutan yang terus-menerus dari klien lanjut usia dan mempermudah munculnya pertanyaan-pertanyaan dirinya sendiri .Luangkan waktu untuk bersama klien lanjut usia minimal 15 menit sehari. Arahkan pembicaraan klien tentang tanggapanlanjut usia  terhadap rumah sakit atau perawatan “pemeriksaan apa yang anda suka? Atau Bagaimana pendapat anda tentang perawatan dirumah sakit ?.
  • Berikan dorongan dan dengarkan klien lanjut usia untuk bernicara tentang keputusan-keputusan yang mengikutsertakan perawat-perawat yang berbahaya atau perubahan besar dalam hidupnya.
  • Jangan membuat keputusan untuk klien lanjut usia
  • Bantu klien lanjut usia baik secara verbal maupun non verbal untuk menanyakan tentang kemajuan, hasil diagnosa dan hasil pengobatannya.

3.      Menolong sesama untuk membantu klien lanjut usia secara tepat.
Untukmambantu mengatasi  ketakutan secara tepat dan sesuai dengan keadaan.
  • Arahkan kepada dokter pertanyaan-pertanyaan tentang diagnosa dan pengobatan dan terangkan bahwa klien lanjut usia memerlukan jawaban tersebut. Misalnya : ia takut akibat dari penyakit itu.
  • Ikut sertakan dan berikan penerangan kepada orang lain yang berminat sehingga mereka akan menguatkan pengajaran atau keterangan yang telah anda berikan.
  • Berikan kesempatan teman-teman dan keluarganya untuk mengekspresikan ketakutan mereka maka mereka akan memberikan dorongan pada klien lanjut usia.














LANJUT USIA YANG MENUNJUKAN GEJALA MANIPULASI

Pengertian manipulasi adalah proses bertingkah laku seseorang dalam menghadapi orang lain, dengan tujuan untuk sekedar memuaskan kehendak orang lain maupun diri sendiri dengan cara yang cerdik atau bahkan tak jujur dan penuh tipu muslihat.

Gejala-gejala umum :
1.     Pura-pura tak membutuhkan bantuan
2.     Mengadu domba antara petugas, perawat dan dokter
3.     Pura-pura bersikap memuji perawat atau petugas bila berhadapan langsung tetapi segera menjelekannya dihadapan orang lain
4.     Selalu menunjukan tuntutan-tuntutan yang tidak jelas
5.     Muntut waktu perawat secara berlebihan untuk hal-hal yang tidak perlu
6.     Bersikap kesepian seolah tak diperhatikan oleh orang lain dengan maksud agar tetap ditemani oleh perawat, sikap ini akan terus berlangsung walaupun telah diberi nasehat.

Pertimbangan-pertimbangan khusus dalam perawatan, tujuan dan tindakan :
1.      Perawatan segera dalam menghadapi tingkah laku manipulatif
Bertujuan mengurangi derajad tingkah laku.
·       Mempertentangkan klien lanjut usia terhadap tingkat lakunya pada saat manipulasi
·       Berikan tanggapan yang baik serta pujian atas tindakannya yang tak bersifat manipulatif
·       Berikan kesempatan pada klien lanjut usia untuk mengungkapkan kemarahannya dengan kata-kata.
·       Batasi tindakan-tindakannya yang bersifat merusak
·       Catat instrukri-instruksi serta keterangan yang diberikan kepada klien lanjut usia secara tepat ke dalam catatan perawatan. Cara ini dimaksudkan agar klienlanjut usia tidak merubah, melupakan serta menyelewengkan komunikasi.
·       Beritahukan kepada keluarga tentang segala hal yang dikerjakanperawat beserta alasan-alasannya.

2.      Peralihan ke pelaksaan perawatan diri sendiri.
Mempermudah keterlibatan aktif klien lanjut usia dalam perawatan dirinya,  misalnya rasa tanggung jawab atas segala tindakan-tindakannya
·       Rencanakan perawatan serta tindakan sehari-hari bersama klien lanjut usia
·       Tenatukan siapa yang bertanggung jawab atas tindakan perawatan klien lanjut usia atau perawat
·       Menilai hasil perawatan bersama klien lanjut usia
·       Berikan pujian atas usaha-usaha klien lanjut usia dalam menjalankan tangung jawabnya.

3.      Menolong sesama dengan tujuan membantu klien lanjut usia secara tepat.
Menyadarkan klien lanjut usia akan tingkah laku manipulasinya serta pengaruh-pengaruh yang muncul terhadap orang lain.

·       Mendampingi dokter pada saat ronda (keliling) untuk mencegah terjadi kekacauan informasi.
·       Yanga sangat penting adalah komunikasi serta pendekatan yang jelas dan konsisten lanjut usia yang manipulatif tersebut.
·       Puji para petugas dan anggota keluarga atas usahanya dalam mengurangi tingkah laku klien lanjut usia yang manipulatif.

0 komentar:

Posting Komentar