Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Sabtu, 29 Oktober 2011

Tingkat Kesehatan Masyarakat


TINGKAT KESEHATAN MASYARAKAT
Kesehatan Dari Masyarakat
        
         Untuk dapat mengetahui dan mengontrol penyakit, perlu dimiliki pengetahuan tentang prevalensi atau penampakannya di dalam suatu populasi. Prevalensi dari sesuatu penyakit di tentukan dengan membuat statistik tentang penyakit dan kematian, dan dari gambaran dari data statistik ini dapat terlihat keadaan kesehatan masyarakat dari sesuatu populasi. Kesehatan masyarakat bervariasi dari suatu daerah dengan daerah lainnya, dari suatu waktu dengan waktu yang lain, sehingga gambaran kesehatan masyarakat pada suatu waktu tertentu hanya memberikan gambaran situasi pada suatu ketika. Dengan menguji statistik kesehatan secara terus menerus untuk bertahun – tahun lamanya, maka mungkinlah untuk menetapkan harga atau nilai dari ukuran perlindungan kesehatan masyarakat dalam mempengaruhi kejadian atau terjadinya penyakit.

1   Mortalitas
        
         Dari kematian adalah berjenis – jenis penyakit menular; sedangkan dewasa ini penyakit menular tidaklah terlalu berarti, dan penyakit-penyakit, misalnya sakit jantung dan kanker lebih berarti.
Data tentang penyebab kematian dapat diperoleh dengan meneliti Surat Keterangan Kematian (death certificates). Untuk setiap kematian harus dibuat surat keterangan kematian yang ditanda-tangani oleh seorang doktor, dan disimpan secara teratur. Dalam surat keterangan kematian, pertama kali di nyatakan tentang fakta dan tanggal kematian untuk kepentingan asuransi dan pemilikan, tetapi satu hal yang penting pada surat keterangan itu adalah bagian yang menjelaskan tentang sebab-sebab kematian. Validitas dari statistik akan tergantung pada ketelitian dan perhatian dari dokter yang mengisi surat keterangan tersebut. Perlu dicatat bahwa penyebab  kematian yang terdekat mungkin tidak sama dengan penyakit yang membawa kematian, karena banyak kondisi kronis misalnya kanker, di mana kematian yang mungkin disebabkan oleh penyakit infeksi atau menular yang biasa menyerang orang yang sudah lemah kesehatannya. Dalam hal ini mungkin doktor akan menyatakan kondisi kronis sebagai penyebab kematian dari pada penyakit infeksi yang terakhir menyerang si penderita.
Keterangan medis yang dibutuhkan pada surat keterangan kematian, didasarkan pada rekomendasi dari Dewan Kesehatan se Dunia (World Health Assembly) yang bersidang di Geneva Swiss, pada tahun 1948. Dengan menggunakan Surat Keterangan Kematian yang baku dapatlah diperoleh prosedur pelaporan yang seragam sehingga akan didapatkan data perbandingan dari tempat-tempat yang berbeda – beda dari seluruh dunia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas. Umur, kelamin (sex), dan rasa sangat berpengaruh pada mortalitas-mortalitas berjumlah besar pada bayi dan anak yang baru lahir, kemudian akan menurun tajam setelah lewat tahun pertama dari kehidupan, tetap rendah sepanjang masa anak-anak dan remaja, kemudian menaik lagi pada usia tua. Mortalitas,  baik pada bayi maupun orang tua banyak berkurang oleh adanya pelayanan medis dan besarannya lebih rendah dari masa-masa sebelumnya, tetapi dua kelompok dari populasi ini tetap menunjukkan mortalitas yang terbesar.
Mortalitas pada wanita lebih rendah daripada mortalitas  pria pada segala usia. Perbedaan ini jelas disebabkan oleh perbedaan pembawaan dalam hal mudahnya jenis sex itu dipengaruhi, juga bayi laki-laki yang baru lahir mempunyai angka kematian yang lebih tinggi dari bayi perempuan.
Di Amerika Serikat, angka kematian pada masyarakat berkulit hitam sangat lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian pada masyarakat berkulit putih. Perbedaan ini timbul dari faktor sosial, ekonomi dan lingkungannya, dan perbedaan pembawaan biologis dalam hal kerentanan (susceptibility) diabaikan. Komponen genetika mengenai kerentanan terhadap penyakit menyatakan bahwa pada keluarga-keluarga tertentu terdapat kerentanan yang lebih besar. Mortalitas adalah lebih besar pada orang bujang daripada orang yang menikah pada usia yang sama. Perbedaan ini terlihat dengan mengabaikan sex atau ras bila semua sebab-sebab kematian di masukkan. Ada juga korelasi yang tinggi diantara panjangnya kehidupan dari suami-suami dan isteri-isteri, dan pasangan-pasangan  juga cenderung untuk meninggal dunia karena sebab-sebab yang sama atau serupa. Jenis pekerjaan juga berpengaruh pada mortalitas, baik pada usia kematian maupun sebut di atas dengan mortalitas belum memberikan penjelasan yang tepat. Untuk  hal ini diperlukan riset yang lebih banyak untuk menjelaskan mengapa mortalitas bervariasi dengan usia, sex, ras dan sebagainya.

2   Morbiditas

         Morbiditas berhubungan dengan terjadinya atau terjangkitnya penyakit di dalam populasi, baik fatal maupun non-fatal. Jelasnya morbidity statistics lebih cepat menentukan keadaan kesehatan dari masyarakat daripada mortality statistics, karena banyak penyakit yang mempengaruhi kesehatan hanya mempunyai mortalitas yang rendah ( misalnya pilek). Sayangnya, adalah lebih sulit untuk mendapatkan statistik yang akurat dan berarti daripada morbiditas, karena tak ada prosedur registrasi semacam surat keterangan kematian. Sejumlah terbatas dari penyakit-penyakit telah dilaporkan pada petugas kesehatan masyarakat tetapi dalam banyak hal, data untuk morbiditas harus diperoleh  dari sumber-sumber statistik lainnya, misalnya statistik program penyehatan, catatan rumah sakit dan klinik, catatan ketidak-hadiran di sekolah maupun tempat kerja, dan pemeriksaan kesehatan rutin.

3   Kesehatan di Dunia

         Di negara-negara yang telah berkembang, misalnya Amerika Serikat, Jepang, Australia, Selandia Baru, Israel dan negara-negara Eropa, perlindungan kesehatan masyarakat cukup tinggi. Di lain pihak, yaitu di negara-negara yang di Afrika, Amerika Tengah, dan Selatan, dan Asia, penyakit menular masih merupakan penyebab kematian yang terbesar. Penyakit-penyakit disenteri, demam tifes, dan difteria, yang pada kenyataannya tidak menyebabkan kematian di negara yang telah berkembang, masih merupakan penyebab kematian yang berarti di negara-negara yang kurang atau belum berkembang. Hal ini sebagian disebabkan karena rendahnya tingkat kesehatan perseorangan di negara yang belum berkembang sehingga kematian masih sering terjadi, dan sebagian lagi karena rendahnya tingkat perlindungan kesehatan masyarakat sehingga penularan lebih mudah terjadi. Yang menarik adalah bahwa tidak terdapat perbedaan yang besar dalam hal angka mortalitas untuk infeksi saluran pernapasan baik di negara yang sudah berkembang karena belum adanya sarana penyehatan masyarakat yang efektif untuk mengontrol penyebaran dari sebagian besar infeksi saluran pernapasan (respiratory infections).
         Penyakit-penyakit yang dilaporkan. Sebagai salah satu sarana yang mengontrol penyakit menular, dibutuhkan laporan dari kasus-kasus yang baru terjadi kepada pejabat-pejabat kesehatan masyarakat. Penyakit-penyakit yang perlu dilaporkan ini disebut penyakit-penyakit yang dilaporkan (reportable di seases). Untuk ini telah ditetapkan beberapa  kategori bagi penyakit yang dilaporkan. Perbedaannya didasarkan pada keparahan penyakitnya dan sampai sejauh mana penularannya dapat dikontrol dengan sarana kesehatan masyarakat. Laporan ini disampaikan pada pejabat kesehatan masyarakat oleh doktor atau anggota masyarakat yang mengetahui terjadinya penyakit menular (yang belum dilaporkan). Dalam hal ini termasuk orang-orang laporan ini berisi tidak hanya nama penyakit saja, tetapi juga nama, alamat, usia, ras dan sex dari si penderita. Laporan dapat sampaikan dengan kartu pos, telepon, telegraf, dan disampaikan diharapkan dalam waktu 24 jam setelah kejadian.
         Macam-macam penyakit yang dilaporkan. Beberapa macam penyakit, lebih menular dari pada lainnya. Oleh karenanya dapatlah dibuat kategori-kategori dari penyakit–penyakit yang  dilaporkan.
Penyakit kelas 1. Ini adalah macam penyakit yang harus dilaporkan sesuai dengan peraturan  (internasional sanitary regulations) pada setiap kejadian yang timbul. Termasuk dalam kelas ini adalah 6 macam penyakit yang memerlukan karantina, yaitu cholera, plague, louse-borne relapsing fever, smallpox, louse borne typhus fever, dan yellow fever. Pejabat kesehatan setempat yang menerima laporan harus meneruskan laporan ini kepada atasannya dengan segera.
Penyakit kelas 2.  Ini adalah  macam penyakit di mana laporan kasusnya diperlukan secara teratur di mana penyakit itu timbul. Berdasar urgensi bagi penyelidikan dari wabah yang dapat ditimbulkannya, ia dapat dibagi dalam 2 sub-kelas. Pertama, bagi penyakit typhoid fever dan diphtheria, diperlukan laporan melalui telepon, telegraf dan lain sarana yang cepat. Macam kedua adalah brucellosis dan leprosy.
Penyakit kelas 3. Ini adalah macam penyakit yang dilaporkan secara selektif  di daerah di mana penyakit termasuk diketahui biasa ada di dalam masyarakat dan perlu dilaporkan karena frekuensinya yang tidak biasa. Tergolong dalam kelas ini, adalah tularemis, scrub typhus, dan coccidioidomycosis.
Penyakit kelas 4. Ini adalah kategori penyakit dimana kasus (staphylococcal form dan botulism), dan influenza. Data tang perlu dilaporkan adalah jumlah kasus, periode waktu dari wabah, perkiraan ukuran populasi yang terlibat dan mode penyebaran yang jelas.
Penyakit kelas 5. Ini adalah kategori penyakit yang biasanya tak perlu dilaporkan secara resmi karena penyakit tersebut tidak biasa tersebar dari seseorang ke orang lain (blastomycosis) atau karena tak ada sarana praktis untuk mengontrolnya  (common cold).
         Walaupun akan menarik halnya untuk mengumpulkan bahan statistik untuk lain jenis penyakit menular, sebaiknya pelaporan dibatasi pada penyakit-penyakit untuk mana  pengontrolannya telah tersedia agar tidak hanya  sekedar jadi kumpulan laporan saja dan mengurangi minat petugas untuk meneruskannya.

4   Epidemi

         Suatu penyakit disebut epidemi (epidemic) bila ia timbul pada sejumlah individu yang besarnya melebihi keadaan normal di dalam masyarakat pada waktu yang sama. Penyakit endemic (endemic disease)  adalah penyakit yang terdapat secara konstan pada suatu populasi. Epidemi dapat disebabkan oleh satu dari beberapa faktor. Sebagai contoh, pada suatu populasi terdapat kerentanan yang sangat tinggi (highly susceptible) terhadap sesuatu jenis patogen yang dalam  keadaan normal, tidak terdapat di daerah tersebut. Apabila patogen itu kemudian hadir, maka dapat terjadi ledakan wabah (epidemic). Bila kemudian imunitas timbul ketika di penderita pulih kesehatannya, maka insiden dari penyakit itu akan menurun kembali. Epidemi juga yang terdapatnya, antibodi dari populasi yang imun tak dapat bekerja secara  aktif. Demikian pula halnya apabila sekelompok individu yang rendah pindah ke suatu daerah yang berjangka endimi, mereka mungkin terjangkiti dan menimbulkan epidemi kecil. Situasi semacam ini tetap memenuhi definisi epidemi, walaupun hanya berjangkit pada sejumlah kecil penduduk, karena penyakit ini kedapatan dalam jumlah yang tidak normal dari individu yang terdapat dalam masyarakat.
Epidemi dapat pula terjadi bila patogen bervirulensi lemah berubah dan menjadi lebih virulen. Patogen yang bervirulensi lemah  ini mungkin sudah tersebar luas di dalam populasi untuk beberapa  waktu tetapi tak memberi infeksi yang jelas apabila patogen yang baru, yang lebih virulen menimbulkan gejala penyakit yang jelas, barulah masyarakat sadar akan timbulnya epidemi. Dalam hal ini dapat dicatat bahwa parasit itu tidak perlu yang bervirulensi tinggi. Keberhasilan parasit itu adalah dari kemampuannya untuk berbiak tumbuh, dan dipindahkan dari seseorang ke orang lain dimana hal ini memberikan kesempatan survaiv yang lebih lama. Parasit bervirulensi tinggi yang membunuh pejamunya dengan cepat tidak dapat tersebar dan oleh karenanya akan mati bersama pejamunya.
Menurunnya resistensinya non-spesifik dari suatu populasi dapat menimbulkan epidemi pula. Seperti telah diketahui, resistensinya terhadap penyakit infeksi dapat dipengaruhi oleh keadaan nutrisi dan kondisi tubuh yang baik. Bila terjadi kerusakan pada standar kehidupan, mungkin karena kondisi ekonomi yang mengalami tekanan, peperangan, kerusakan alam, atau lain sebab, dapat menurunkan resistansi dari  seluruh lainnya. Contohnya, tuberculosis mudah timbul pada masyarakat bila standar kehidupan menurun.
Perubahan pada kebiasaan pribadi juga dapat membawa pada epidemi. Adat dan kebiasaan mempengaruhi perpindahan patogen. Venereal disease akan bertambah secara drastis bila hubungan kelamin yang tidak baik menaik jumlahnya. Infeksi usus sangat terpengaruh oleh pencucian tangan dan lain aspek kebersihan pribadi. Transmisi dari patogen saluran pernapasan dipengaruhi oleh kebiasaan batuk, bersin dan meludah.
Dalam situasi endemic, mungkin tidak tinggi virulensinya atau mungkin sebagian besar penduduk sudah imun, sehingga jumlah yang menderita  sangat kecil dari pengaruh patogen. Tetapi dalam keadaan ini mungkin ada sebagian penduduk yang dapat memindahkannya pada orang yang rentan terhadapnya.

5   Siklus Penyakit

Penyakit-penyakit tertentu timbul pada / mengikuti suatu siklus. Siklus ini timbul karena adanya perubahan pada proporsi individu dalam populasi yang imun terhadap bibit penyakit. Bila seluruh populasi imun, epidemi tak dapat timbul  dan patogen akan hilang dari antara populasi. Hal ini kemudian mengijinkan perkembangan dari populasi yang tidak imun, melalui kelahiran atau imigrasi. Pada waktu yang kemudian, bila patogen itu timbul kembali di tengah-tengah populasi, maka individu-individu yang tidak imun akan terjangkiti  dan timbul epidemi. Bila individu-individu ini pulih dan menjadi imun maka penyakit ini akan tersingkir dan siklus menjadi lengkap. Contoh yang jelas adalah siklus virus yang tersebar secara efisien dari seseorang ke orang-orang melalui rute pernapasan (respiratory route). Epidemi biasanya timbul pada anak-anak sekolah, dimana kemungkinan penyebaran melalui rute pernapasan adalah tinggi. Untuk populasi sekolah yang rentan, adanya virus menghasilkan epidemi yang meledak, dan kemudian berangsur – angur menghilang ketika masing-masing individu membentuk antibodi dan menjadi imun. Setelah waktu tertentu semua anak-anak yang telah terserang penyakit, menjadi imun, dan timbullah masa tenang sehingga terbentuk populasi baru yang rentan, dan timbullah virus pada sekolah tersebut menghasilkan epidemi yang lain.
Carrier state. Carriers adalah individu yang membawa / mengandung patogen virulen tetapi tak menampakkan  gejala-gejala penyakitnya. Mereka mungkin orang-orang dalam tahap inkubasi atau tahap penyembuhan yang sedang atau telah mengalami serangan penyakit, atau mereka adalah  pembawa yang tidak menunjukkan gejala-gejala karena mereka imun atau hanya terjangkiti secara lemah. Jadi pembawa (Carrier) merupakan suatu reservoir dari parasit, menjamin dan memelihara kehidupan parasit di dalam alam.
Carrier mungkin bersifat sementara atau kronis. Carrier kronis sangat berpengaruh pada kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber penjangkitan kepada masyarakat untuk waktu yang panjang. Contoh klasik adalah “Ty phoid Mary”, carrier kronis, seorang juru masak di daerah New York-Long Island setelah diselidiki secara epidemiologis ternyata dia adalah empedu yang mungkin terinfeksi, untuk mencegah penyebaran penyakit, dia dipenjara. Setelah 3 tahun, ia dihukum 23 tahun dan mati pada tahun 1938.
Carrier dapat dikenali dengan survai rutin dari populasi, menggunakan kultur, radiologi (X ray), atau taknik imunologis. Secara umum, carrier hanya dicari diantara orang-orang yang mungkin menjadi sumber penjangkitan, misalnya pengolahan makanan di restoran, penjual makanan – minuman, atau bangunan pemrosesan. Dua macam penyakit yang banyak dijumpai pada carrier adalah typhoid fever dan tuberculosis.

6   Pengontrolan Epidemi

Pengontrolan epidemi tidak dapat dilakukan oleh perseorangan, tetapi harus melibatkan peran serta dari seluruh masyarakat. Pengontrolan epidemi berada di bawah bagian kesehatan masyarakat dan pengobatan pencegahan.
Pengenalan epidemi. Pengenalan ini bermula dengan diagnosa yang tepat  tentang penyakit yang diderita oleh seseorang. Dilakukan oleh doktor, dan dilaporkan pada badan-badan, misalnya dinas kesehatan kota, daerah atau negara. Bila statistik menunjukkan akumulasi, pejabat kesehatan masyarakat akan mengetahui bahwa telah berkembang suatu wabah. Pemberitahuan kepada masyarakat dan kalangan kedokteran kemudian disampaikan melalui surat kabar, radio, dan televisi. Pada tabel Epidemic diseases and their control”, dapat diketahui nama penyakit, organisme pejangkit, sumber penjangkitan, tempat masuk, metode penyebaran, masa inkubasi dan pencegahan epideminya.
Karantina (quarantine). Karantina merupakan pembatasan pada kebebasan bergerak dari individu yang terjangkiti penyakit secara aktif untuk mencegah penyebaran penyakit kepada lain anggota masyarakat. Batas waktu karantina adalah masa yang terpanjang dari penularan penyakit. Karantina harus dilakukan sedemikian rupa sehingga mencegah kontak efektif antara orang yang terkena penyakit dan yang tidak terkena penyakit. Karantina tidaklah sama dengan isolasi ketat, yang dilakukan di rumah sakit bagi penyakit menular yang tidak biasa.
Karantina dibutuhkan bagi sejumlah penyakit menular pada masa anak-anak, misalnya measle, chicken-pox dan mumps, dan tempat permukaan di mana anak-anak yang dikarantina di rumahkan, diberi plakat di luarnya. Walaupun hal ini tidak begitu berarti di tinjau dari segi penyehatkan masyarakat untuk mengontrol penyebaran penyakit, tetapi pencegahan terhadap kontak antara anak-anak yang berpenyakit dengan yang rentan terhadap penyakit itu, masih di anjurkan.
Pada masa ini karantina hanya dibutuhkan bagi penyakit smallpox, yang hampir tak terdapat pada banyak negara. Masuknya seseorang yang terjangkiti smallpox ke suatu daerah dapat berakibat buruk karena imunisasi terhadap smallpox sudah tak dilakukan lagi. Jadi perlulah mengkarantinakan seseorang yang terjangkit penyakit tersebut selama masa penularannya.
Pencegahan terhadap epidemi. Pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum epidemi mulai dari pada sesudah epidemi itu berkembang. Pencegahan membutuhkan pengertian terhadap segala faktor yang terlibat dalam hubungan yang komplek antara pejamu dan parasitnya. Untuk beberapa macam penyakit, pencegahan sebaiknya dilakukan dengan pengontrolan penyebaran penyakit terbawa oleh air (water borne diseases), misalnya cholera dan typhoid, dikontrol dengan  pengolahan air dan air buangan yang baik. Penyakit-penyakit yang terbawa oleh makanan (food borne disease), misalnya typhoid, dikontrol dengan sanitasi restoran dan toko makanan minuman, survai terhadap pengolah makanan untuk menemukan carrier, dan peraturan tentang penyimpanan makanan. Penyakit-penyakit dari hewan perahan yang disebarkan pada manusia, misalnya tuberculosis dan brucellosis dikontrol dengan eliminasi pada hewan yang berpenyakit dari dalam kelompok ternak perah. Penyakit-penyakit saluran pernapasan, misalnya diphtheria, measles, dan influenza dikontrol dengan imunisasi pada populasi karena tak mungkin mencegah penyebaran patogen lewat rute  pernapasan. Program imunisasi ini efektif sekali untuk mengeliminasi wabah penyakit ini. Perlu diingat bahwa dalam hal ini masih tertinggal beberapa reservoir penyakit ini sehingga dari anak-anak yang rentan tidak diberi imunitas, atau imunisasi yang ada sudah menurun, maka populasi dari individu yang mendapatkan imunisasi akan menurun rendah dalam populasi sehingga tak dapat melindungi mereka terhadap epidemi baru yang akan timbul. Pertambahan dalam insiden dari measlels pada masa ini di beberapa daerah adalah  berhubungan langsung dengan menurunnya jumlah penduduk yang mendapatkan imunisasi.
Pada jenis penyakit, misalnya tuberculosis, yang dapat tersebar dengan bermacam – macam cara, pengontrolan tak dapat dilakukan dengan satu cara. Tuberculosis pada pengoalah makanan dikenali dengan x dan y atau tes tuberculin, dan yang terkena tuberkulosa akan menambah keamanan. Peraturan-peraturan yang melarang meludah di tempat-tempat umum ditujukan untuk mencegah  perpindahan bakteri melalui debu dan kotoran lain. Survai yang dilakukan secara rutin pada populasi, baik di dengan sinar x atau tes tuberkulin akan mengenali orang yang terjangkiti untuk kemudian diobati untuk mengontrol penyakit tersebut.
Penyakit-penyakit yang terbawa oleh serangga (insectborne disease), misalnya malaria dan demam kuning (yellow fever) dikontrol dengan mengeliminasi vektor serangga. Pengontrolan pada penyakit-penyakit tersebut, pada negara-negara tropis mengalami kemajuan dengan penggunaan insektisida yang sangat efektif secara terus menerus, misalnya dengan DDT, akan mengontrol vektor serangga. 
Di antara penyakit-penyakit yang sulit dikontrol, adalah venereal disease, di mana umumnya adalah syphilis dan gonorrea. Kejadian (incidence) pada penyakit-penyakit ini tergantung pada banyaknya hubungan kelamin antara bukan suami-istri dalam populasi. Walaupun beberapa macam antibiotik yang sangat efektif telah tersedia untuk pengobatan penyakit-penyakit itu, terdapat aktifitas ulang (resurgence) diseluruh dunia, terutama gonorrhea, karena sulitnya untuk menemukan mereka yang menderita penyakit tersebut. Kampanye pendidikan terkadang juga dipakai untuk mengontrol venereal diseases walaupun cara ini tidak selalu efektif. Satu persoalan yang berhubungan dengan venereal diseases adalah bahwa dokter tidak selalu melaporkan kasus itu karena menghargai pasien-pasiennya. Akibatnya, individu yang mungkin merupakan pusat penjangkitan tak dapat diketemukan dan kontak kelamin mereka tak dapat dilokalisasi dan diobati. Jadi venereal disease adalah persoalan medis dan juga persoalan sosial.
Sekolah dan kesehatan masyarakat. Salah satu cara yang paling efektif untuk mengontrol banyak macam penyakit adalah dengan cara imunisasi, diagnosis, dan pendidikan di sekolah-sekolah. Program kesehatan sekolah sangat berharga bagi anak-anak yang hanya mendapat sedikit bimbingan tentang kesehatan di rumah, dan sekolah dapat memperbaiki kesehatan dari seluruh muridnya. Bermacam –bermacam cara dapat dilakukan, antara lain imunisasi rutin, memeriksa murid-murid yang menderita sakit, mencatat pertumbuhan fisik, pemeriksaan diagnostik untuk menyelidiki penyakit klinis, tes penglihatan dan pendengaran, dan sebagainya. Untuk sekolah yang besar dapat dilayani secara penuh oleh seorang juru rawat sekolah dan dokter sekolah yang tidak penuh (part-time). Cacatan yang disimpan dengan rapi dan bila ada hal –hal yang serius terjadi, orang tua akan dihubungi.
Statistik. Statistik dri insiden penyakit disimpan oleh badan-badan kesehatan dan disebarkan ke biro pusat untuk dikumpulkan dalam berbagai-bagai laporan. Statistik semacam ini mempunyai keterbatasan terhadap kesalahan karena kurang akuratnya laporan. Statistik dari perubahan jangka panjang dalam insiden penyakit kurang dapat dipercaya karena kemampuan dokter untuk mendiagnose penyakit tertentu tergantung pada pendidikan dan pengetahuannya pada penyakit tersebut dan tersedianya laboratorium dan peralatan diagnostik. Jadi laporan terjadinya insiden yang lebih besar dari sesuatu penyakit pada waktu ini, bila dibandingkan dengan pada waktu sebelumnya, tidak selalu berarti bahwa penyakit tersebut lebih meluas, mungkin hanya karena lebih baik dalam menemukannya. Pengumpulan dari statistik-statistik masih merupakan usaha yang berharga karena dapat membantu mengenali kecenderungan jangka panjang dan juga membantu menetapkan daerah atau bagian dari populasi dengan insiden penyakit yang tidak biasa tingginya.
Pemberantasan penyakit. Tujuan keseluruhan dari pengukuran kesehatan masyarakat adalah pemberantasan tuntas terhadap penyakit dari populasi. Pemberantasan yang menyeluruh didunia belum dicapai bagi setiap penyakit, tetapi pemberantasan secara regional telah diperoleh bagi sejumlah macam penyakit. Bila pemberantasan penyakit dapat dicapai bagi seluruh dunia, pengukuran kesehatan masyarakat untuk selanjutnya tidak diperlukan lagi bagi pengontrolannya. Dengan pemberantasan secara regional, kesiap-siagaan yang terus-menerus diperlukan untuk mencegah masuknya patogen.
Dalam prakteknya, pemberantasan telah dicapai dengan satu dari 3 cara ini :
1.  Imunisasi
2.  Eliminasi serangga-serangga yang berfungsi sebagai penyebar patogen, atau
3.  Pengobatan dengan obat-obatan
Kedua cara yang pertama adalah yang dianjurkan bagi usaha penyehatan masyarakat yang lebih baik, dan telah banyak mencapai sukses.
         Imunisasi, Secara teoritis, bila semua individu dalam populasi sudah imun, maka patogen tidak dapat tinggal tetap lagi yang nyatanya imunisasi bagi setiap individu tidaklah perlu prosedur yang memberikan imunitas yang bermutu tinggi akan mencukupi, karena apabila imunitas telah diberikan pada  sebagian  besar penduduk, kesempatan patogen untuk menyebar di antara sejumlah kecil penduduk akan sangat berkurang, dan patogen mungkin akan mati. Cara ini telah berhasil dengan sangat sukses dalam pemberantasan penyakit smallpox (cacar). Smallpox merupakan sasaran yang ideal untuk pemberantasan dalam skala dunia karena penyakit ini jelas penjangkitnya sehingga orang awampun dapat mengetahui bahayanya sebagai akibatnya, pemberian imunisasi disambut baik bahkan di daerah yang masih primitif. Vaksinasi (vaccination) dapat memberikan kekebalan untuk kira-kira  3 sampai 5 tahun sehingga ada cukup waktu untuk melakukan vaksinasi secara besar-besaran. Vaksin ini mudah dibuat, juga dalam kondisi yang relatif primitif, dan cukup stabil sehingga dapat diangkut tanpa ditaruh di tempat pendingin (refrigeration). Prosedur vaksinasi cukup mudah dikerjakan bahkan oleh orang yang non teknis apabila diberikan sekali saja latihan singkat. Sukses yang dicapai dalam pemberantasan smallpox sangatlah besar sehingga penyakit ini tidak lagi merupakan masalah di banyak tempat dalam pemberantasan smallpox sangatlah besar sehingga penyakit ini tidak lagi merupakan masalah di banyak tempat dalam dunia.
         Penyakit yang lain yang juga diberantas atau kelihatannya diberantas dengan imunisasi adalah poliomyelitis, measles, diphtreria, dan whooping cough. Pemberantasan rabies di England dilakukan dengan imunisasi pada anjing-anjing dan dengan karantina yang ketat terhadap anjing-anjing yang memasuki negeri itu. Pemberantasan ini dibantu pula oleh keadaan, dimana daerah-daerah di mana  rabies biasa tinggal pada binatang pengerat dan lain binatang tak terdapat di England sehingga penjangkitan pada anjing-anjing dari sumber ini tidak ada. Di Amerika Serikat, walaupun telah dilakukan imunisasi pada anjing, rabies masih merupakan masalah karena merupakan endemic pada populasi hewan-hewan liar. Pemberantasan umumnya lebih mudah dicapai di negara pulau (misalnya Inggris) daripada di benua yang luas karena lebih mudah mengontrol pergerakan dari populasinya.
Pemberantasan vektor serangga. Penyakit-penyakit yang terbawa oleh serangga dapat diberantas dengan eliminasi vektor serangganya. Hal ini dapat dicapai dengan lebih efektif bila hanya satu species serangga atau kelompok dari species yang berhubungan dengan yang melakukan penyebaran patogen. Pemberantasan seranga dapat dicapai dengan baik dengan menggunakan insektisida, dan penggunaan insektisida DDT memberikan dampak yang besar pada pemberantasan malaria  dan yellow fever. Eliminasi vektor serangga tanpa insektisida dapat dicapai dengan pengeringan rawa-rawa dan eliminasi dari lain tempat berbiak dari serangga, atau dengan memakai agen biologis yang patogen bagi serangga itu sendiri (pengontrolan biologis).
Parasit malaria disebarkan oleh nyamuk Anopheles, dan eliminasi jenis nyamuk ini dapat memberantas penyakitnya. Malaria sudah tak terdapat di Amerika Serikat untuk banyak tahun, dan karena vektornya tak ada, maka tak ada penjangkit memasuki negeri itu. Yellow fever disebarkan pada manusia oleh lain jenis nyamuk, yaitu Aedes aegypti. Eliminasi nyamuk jenis ini dari Amerika Serikat telah dicapai banyak tahun yang lalu eliminasi ini menjadi lebih mudah karena nyamuk ini hidup terutama di daerah beriklim hangat sehingga habitat (tempat tinggal) nya terbatas. Eliminasi yang tuntas dari Yellow fever di daerah hutan rimba adalah tak mungkin karena populasi kera merupakan reservoir penjangkitan: virus ini dipindahkan dari kera ke kera lain oleh nyamuk yang lain dari A. aegypti.
Pengobatan dengan obat-obatan. Secara prinsip, obat-obatan misalnya antibiotik dapat digunakan untuk memberantas penyakit. Bila semua individu yang terjangkiti, diobati, penyebaran patogen melalui populasi akan cepat terhenti. Kesulitan cara ini adalah karena lokasi dari individu yang terjangkiti seringkali sulit, lebih-lebih bila penyakit itu tidak melemahkan atau berakibat fatal. Juga penting, tentunya untuk menyediakan obat yang sangat efektif.  Beberapa keberhasilan penisilin (panicillin) dicapai dalam pemberantasan yaws, penyakit yang disebabkan oleh spirochete. Penisilin sangat efektif terhadap patogen ini, dosis tunggal biasanya sudah cukup untuk menyembuhkannya. Yaws adalah penyakit kulit yang disebabkan terutama terdapat di negara-negara yang beriklim panas dan lembab dan dijumpai terutama pada kelompok sosio ekonomis rendah. Mudah dan efektifitas dari pengobatan dengan pemberantasan yaws. Pengobatan masal dapat digalakkan di dalam masyarakat bilamana prevalensi penyakit adalah 10 persen atau lebih. Dalam kampanye ini setiap individu dalam masyarakat diberi satu dosis tunggal dari penisilin. Bila insiden penyakit-penyakit adalah diantara 5 dan 10 persen, semua anak-anak di bawah 15 tahun dan yang berkontak dengan orang yang terjangkiti diberi pengobatan. Untuk populasi kurang dari 5 persen, dianjurkan pengobatan yang selektif dan hanya keluarga dan orang-orang yang berkontak dengan orang yang terjangkiti, perlu diobati. Di negara yang luas program pengobatan ini cukup sulit karena walaupun harga antibiotik tak begitu mahal, tapi membutuhkan pembiayaan yang cukup besar untuk melaksanakan program pengobatan masal.












        

0 komentar:

Posting Komentar