Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Rabu, 19 Oktober 2011

Asuhan Keperawatan Demam Lingsang (Giardiasis)


Giardiasis ( Demam Linsang )

PENDAHULUAN
Penyakit ini, termasuk penyakit yang ditularkan melalui air minum  yang  tidak  bersih.  Disebut  demam  linsang,  karena parasit  Giardia  lamblia  penyebab  penyakit,  terdapat  pada kotoran berang berang  (linsang). Sebetulnya parasit ini juga terdapat pada kotoran tikus kesturi (cecurut) dan juga kotoran hewan peliharaan lain baik yang ternak, atau binatang rumah lain, seperti kucing dan anjing. Manusia yang tertular parasit ini  melalui  minum  air  yang  tercemar  kotoran  hewan  yang mengandung  parasit,  mungkin  tidak  memperlihatkan  gejala sakit. Sedangkan pada yang sakit timbul gejala :
• Diare,
• Kramp perut,
• Mual mual,
• Berat ba dan turun ,dan rasa letih (cape) meskipun istirahat  seharian.
Keluhan ini bisa berlangsung 1-3 minggu. Meskipun tidak
menunjukkan  gejala  sakit,  seseorang  yang  sudah  tertular
parasit, dapat menularkannya ke orang lain, misalnya di dalam
keluarga,  teman  dekat  di  sekolah.  Penyakit  ini  terdapat  di
seluruh  dunia,  terutama  di  pedesaan,  yang  sanitasi  air
minumnya  masih  kurang  mendapat  perhatian.  Penularan,
seperti penyakit saluran cerna lain, terjadi secara tangan ke
mulut  (hand-to-mouth  transfer).  Misalnya  juru  masak  yang

kurang  bersih  mencuci  tangan  sebelum  mengolah  bahan
makanan,  atau  ibu  yang  kurang  memperhatikan  kebersihan tangan selesai mengganti popok bayinya, atau perawat bayi yang memindahkan  parasit  ke  bayi  lain,  karena  kurang  menjaga kebersihan tangan. Penderita giardiasis sering anak anak dan bayi, atau orang dewasa berumur 20-40 tahun

PARASIT GIARDIA LAMBLIA
Parasit ini sudah diidentifikasi oleh Leewenhoek pada tahun 1681,  dengan  menggunakan  mikroskop  konvensional;  dia menemukannya  saat  memeriksa  tinja  encer  dari  seorang penderita diare. Parasit ini ditemukan di semua negara di dunia. Penularan dimulai dari menelan parasit dalam bentuk kista. Dinding kista yang tebal akan pecah terkena asam lambung, dan keluarlah bentuk tropozoit Bentuk tropozoit segera membelah dua, dan bergerombol  dengan  parasit  lain  di  daerah  usus  halus,  yang kemudian mulai menimbulkan gejala gangguan saluran cerna. Bentuk  tropozoit  ini  mirip  buah  pear  yang  dibelah  dan mempunyai  sepasang  cambuk (flagella)  untuk  membantu bergerak dan berenang bebas di dalam lumen usus.
         
Bentuk  tropozoit  ini  kontak  dengan  cairan  empedu,
mengubah campuran makanan dan enzim pencernaan, Kemudian
mulai  menembus  lapisan  selaput  lendir  usus,  sambil  terus
membelah memperbanyak diri sampai bertahun tahun. Bentuk
tropozoit ada yang mati karena enzim pencernaan dan ada yang berubah menjadi   bentuk kista   berdinding tebal   dan keras. Yang ikut aliran cairan usus, akan ikut keluar bersama kotoran, mencemari air sungai, air danau, air selokan, atau mata air di pegunungan.

Parasit G. lamblia mencemari air permukaan, bersama-sama:
      
            * Virus Hepatitis A, menyebabkan sakit kuning (hepatitis)
                 
Kuman Salmonella menyebabkan penyakit demam tipus,
 *  Kuman  Campilobacter  menyebabkan  diare  pada  manusia
       yang tertular melalui konsumsi daging babi, atau susu
      
mentah
Sanitasi air minum perlu diperhatikan untuk menghindari penularan parasit, virus dan kuman penyebab penyakit tersebut.

EPIDEMIOLOGI

Giardiasis terjadi pada 4 kondisi:
  1. Kejadian  Luar  Biasa  akibat  kurangnya  kebersihan  air
    minum.
  2. Pada  penjelajah  hutan  dan  pendaki  gunung  di  daerah
    endemis,  seperti  Rusia,  Amerika  Tengah,  pegunungan
    Rocky, dan India .
  3. Giardia pada hewan sebagai pembawa parasit.
    Penularan  dari  seorang  ke  orang  lain,  yang  terjadi  di
    fasilitas perawatan , misalnya tempat penitipan bayi.
Jarang sekali dilaporkan terjadi Kejadian Luar Biasa Giardiasis akibat  penularan  melalui  makanan (food-borne  diseases).
Giardiasis  terjadi  di  negara  berkembang  maupun  di  negara maju. Menurut para ahli, dengan menelan 10 kista sudah bisa menimbulkan gejala sakit.
Penularan banyak terjadi di pusat pusat perawatan dengan sanitasi tinja kurang baik, seperti tempat penitipan bayi dan asrama  anak  anak;  penularan  juga  mungkin  terjadi  pada pengikut perilaku seksual tidak wajar (anal sex). Penularan juga sering terjadi pada penjelajah hutan dan pendaki gunung,  karena  kebersihan  air  minum  kurang  diperhatikan. Penularan  di  perkotaan  biasanya  karena  kurang  ketatnya pengawasan sanitasi sarana penyediaan air minum, hingga kista Giardia ikut aliran air yang didistribusi ke rumah rumah.

GEJALA KLINIK
Umumnya  penderita  mencret,  kejang  perut,  kembung, mual, tinja buyar, berlemak, berat badan turun, badan lemah. Infeksi parasit Giardia lamblia, bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai diare yang berat gangguan penyerapan, hingga pertumbuhan anak terhambat.
Gejala giardiasis akut, biasanya berlalu dalam 1 minggu,
dapat  berlanjut  menjadi  khronis  dengan  gejala  gangguan
pencernaan dan penyerapan makanan menyebabkan penurunan
berat  badan,  dehidrasi,  dan  sangat  jarang  menimbulkan
kematian. Selain itu dapat timbul kaligata (urticaria), uveitis
dan  radang  sendi  (arthritis).  Kematian  penderita  Giardiasis,
biasanya   pada   keadaan   rendahnya   gamma   globulin
(hipogammaglobulin) yang menurunkan kekebalan. Penyakit
Giardiasis bisa bersama sama dengan penyakit saluran cerna
lain, seperti cystic fibrosis.




DIAGNOSA DAN PENGOBATAN

Diagnosa  Giardiasis  hanya  dapat  ditegakkan  melalui pemeriksaan   tinja.   Kecurigaan  pada  Giardiasis,   terutama diarahkan pada penderita yang mengalami diare, apalagi jika disokong oleh epidemiologi dan dengan adanya gejala klinik lain. Pada diare karena Giardia, biasanya tinja tidak berbau, disertai perut kembung, banyak buang angin, kramp usus dan pada pemeriksaan fisik, ditemukan perut kembung, bising usus yang   berlebihan   serta   keluhan   nyeri   menyeluruh   pada pemeriksaan raba (palpasi) perut.
Tinja berlendir dan darah jarang ditemukan pada Giardiasis.
Pemeriksaan tinja, bisa tidak menemukan kista parasit, karena
kadang kadang kista tidak ikut keluar bersama tinja; untuk itu
pemeriksaan perlu di ulang di hari lain. Biopsi jaringan selaput
lendir usus halus juga perlu untuk melihat keberadaan parasit.
Pemeriksaan antigen parasit di dalam tinja kurang berhasil baik.

PENCEGAHAN
1.     Menjaga   kebersihan   perorangan   dengan   baik   untuk
mencegah penularan dari seorang ke orang lain.
2.     Mengobati penderita yang tanpa keluhan, tetapi pada
pemeriksaantinja mengandung kista untuk mencegah
penularan.
3.     Memanaskan air minum sampai 70° C selama 10 menit,
Beberapa alat penyaring bisa membersihkan air minum dari
parasit Giardia

KOMPLIKASI
·  Seperti biasanya penyakit diare, bisa terjadi dehidrasi.
·  Gangguan penyerapan preparat besi, hingga menyebabkan
anemi;  dilaporkan  dari 10  penderita  Giardiasis, 8 diantaranya menderita anemi kekurangan zat besi. Hipoproteinemia akibat  gastrointestinal  protein  loss- gangguan penyerapan akibat infeksi parasit G. lamblia.

KESIMPULAN DAN SARAN
Meskipun  penyakit  Giardiasis  lumrah  ditemukan  pada masarakat di negara berkembang, tetap perlu diperhatikan karena komplikasi   yang   bisa   terjadi   menurunkan   produktivitas penderitanya.

















KEPUSTAKAAN

1.       Giardiasis (beaver fever) http://www.bchealthguide.org/healthfiles
2.       Giardiasis, http://www.familydoctor.org/078.xml
3.       Stevens DP, Gillin FD. Giardiasis, in Tropical and   Geographical Medicine,
edisi 2, 1990, pp. 344-47.
4.       Harrison's Principles of Internal Medicine edisi 15, th 2000, p. 1227.
5.       Beers  MH,  Berkow  R.  The  Merck  Manual  of  Diagnosis  And  Therapy,
ed.17, 1999, p. 1257.
6.       Giardiasis, NSW Health, http://www.health.nsw.gov.au
7.       DEvizi B, Poggi V, Vajro P, Cuchiara S, Acampora A.. Iron malabsorption
in Giardiasis, Pub Med J. Pediatr. Mi 1985;107(l);75-8.
8.   Dubey  R.  Intestinal  giardiasis:  an  unusual  cause  for  hypoproteinemia.
Indian  J.  Gastroenterol.     Department  of  Pediatrics,  Seth  GS  Medical
college, Mumbai





0 komentar:

Posting Komentar