CEREBRAL PALSY
PENGERTIAN
Cerebral palsy adalah suatu gangguan non spesifik yang disebabkan oleh abnormalitas sistem motor piramida (korteks, basal ganglia dan otak kecil) yang ditandai dengan kesukaran pergerakan dari postur pada serangan awal (Suriadi & Rita Y, 2001).
Suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progesif, oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.
PENYEBAB
Penyebab Cerebral Palsy dibagi dalam 3 bagian yaitu:
1. PARINATAL
Infeksi yang terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin, misalnya toxoplasmosis, rubella dan penyakit infeksi sitomegalik.
2. PERINATAL
1. Anoksia/Hipoksia
Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah cidera otak.Keadaan inilah yang menyebabkan anoksia. Hal demikian terdapat pada keadaan presentasi bayi yang abnormal, disproporsi sefalopelvik, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus yang menggunakan alat bantu tertentu.
2. Perdarahan Otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama sehingga sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernafasan dan peredaran darah sehingga terjadi anoksia.Perdarahan di ruang subdural dapat menekan korteks cerebri sehingga timbul kelumpuhan spastis.
3. Prematuritas
Bayi yang kurang bulan kemungkinan menderita perdarahan otak lebih banyak dibandingkan dengan cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, faktor pembekuan darah dll, masih belum sempurna.
4. Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang “kekal” akibat masuknya billirubin ke ganglia basal.
5. Meningitis Purulen
Meninigitis purulen pada masa bayi jika terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa serebral palsy.
3. PASCANATAL
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang menggangu perkembangan dapat menyebabkan cerebral palsy misalnya; trauma kapitis, miningitis, encepalitis dan luka parut pada otak pasca operasi.
Kelainan fungsi motorik yang terjadi adalah;
1. SPASTISITAS. Terdapat peningkatan tonus otot dan reflek yang disertai dengan klonus. Tonus otot yang meningkat biasanya menetap dan tidak hilang meskipun penderita dalam keadaan tidur. Reflek Babinski positif, bisa terjadi kontraktur. Kerusakan biasanya terletak pada traktus kortikospinalis. Bentuk kelumpuhan spasitas tergantung pada letak dan besarnya kerusakan.
2. TONUS OTOT YANG BERUBAH. Pada usia 1 bulan anak akan tampak fleksid (lemas) dan berbaring sepert kodok, setelah 1 tahun akan berubah menjadi spastik. Reflek Babinski negatif, kerusakan biasanya terletak pada batang otak.
3. KOREO-ATETOSIS. Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi dengan sendirinya (involuntar movement) kerusakan terjadi di ganglia basalis.
4. ATAKSIA. Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid dan menunjukkan perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan, nampak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lamban dan semua pergerakan canggung dan kaku. Kerusakan biasanya di Serebelum.
5. GANGGUAN PENDENGARAN. Gangguan berupa kelainan neurogen terutama presepsi nada tinggi.
6. GANGGUAN BICARA. Gerakan yang terjadi dengan sendirinya di lidah dan bibir menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
7. GANGGUAN MATA. Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi.
Manifestasi klinis pada anak dengan cerebral palsy adalah;
1. Masa Neonatal
a. Depresi / asimetris dan refleks primitif
b. Reaksi yang berlebihan terhadap stimulus
c. Kejang-kejang
d. Gejala neurologik lokal
2. Masa umur kurang dari 2 tahun
a. Keterlambatan perkembangan motorik, seperti duduk dan jalan.
b. Terdapat paralisis spastik
c. Terdapat gerakan-gerakan involunter
d. Menetapnya refleks primitif.
e. Tidak/keterlambatnya timbulnya refleks-refleks yang lebih tinggi.
3. Anak yang lebih besar
a. Keterlambatan “milestone” perkembangan
b. Disfungsi dari tanggan
c. Gangguan dari cara berjalan
d. Terdapat spastisitas
e. Terdapat gerakan-gerakan involunter
f. Retradasi mental
g. Kejang-kejang
h. Gangguan bicara, pendengaran, penglihatan.
PATHOFISIOLOGI
Adanya malformasi padar otak, penyumbatan pada vaskuler, atropi, hilangnya neuron dan degenerasi laminar akan menimbulkan narrow gyn, saluran sulci & berat otak rendah.
Anoksia merupakan penyebab yang berarti dengan kerusakan otak, atau sekunder dari penyebab mekanisme yang lain. Cerebral Palsy dapat dikaitkan dengan premature yaitu spastik diplegia yang disebabkan oleh hypoxia infarction atau hemorragie dalam ventrikel.
Type Athetoid/dyskinetik disebabkan oleh kernicterus dan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, adanya pigmen berdeposit pada basal ganglia dan beberapa saraf nuclei kranial. Juga dapat terjadi bila basal ganglion mmengalami injury yang ditandai dengan tidak terkontrol, pergerakan tidak disadari dan lambat.
Type Cerebral palsy hemiparetic, karena trauma pada korteks atau CVA pada arteri cerbral tengah, cerebral hypoplasia, hypoglicemia neonatal dihubungkan dengan ataxia cerebral palsy.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko injuri berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak terkontrol dan kejang
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme dan kelemahan otot
3. Perubahan tumbang berhubungan dengan gangguan neuromuskuler.
4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuskuler dan kesukaran dalam artikurasi.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesukaran menelan dan peningkatan aktivitas.
6. Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
7. Perubahan proses berpikir berhubungan cerebral injury, ketidakmampuan belajar.
8. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan spasme otot, meningkatnya aktifitas, perubahan kognitif.
9. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan dirumah dan kebutuhan terapi.
10. Perubahan peran orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak dalam kondisi kronis.
11. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penggunaan alat penyokong.
RENCANA TINDAKAN
1. Tingkatkan kebutuhan keamanan dan mencegah injury.
a. Hindari anak dari kebutuhan yang membahayakanàjatuh
b. Perhatikan anak-anak saat beraktifitas
c. Berikan istirahat bila anak lelah
d. Gunakan alat pengaman (K/P)
e. Bila anak kejang pasang alat pengamanàagar lidah tidak tergigit
f. Lakukan suction
g. Pemberian anti kejang (K/P)
2. Tingkatkan kemampuan mobilitas fisik.
a. Kaji pergerakan sendi-sendi dan tonus otot
b. Lakukan terapi fisik
c. Lakukan reposisi tiap 2 jam
d. Evaluasi kebutuhan alat-alat khusus; makan, menulis, membaca dan beraktifitas
e. Ajarkan dalam menggunakan alat bantu jalan.
f. Ajarkan cara duduk, merangkak pada anak kecil, berjalan dll.
g. Ajarkan bagaimana cara mengapai benda
h. Ajarkan untuk mengerakkan anggota badan
i. Ajarkan ROM yang sesuai
j. Berikan periode istirahat
3. Tingkatkan kebutuhan tumbang dalam tingkat yang optimal.
a. Kaji tingkat tumbang
b. Ajarkan intervensi awal dengan terapi rekreasi dan aktifitas sekolah
c. Berikan aktifitas yang sesuai, menarik dan dapat dilakukan.
4. Tingkatkan komunikasi.
a. Kaji respon dalam berkomunikasi.
b. Gunakan alat bantuàkomunikasi
c. Libatkan keluarga dalam melatih anak berkomunikasi.
d. Rujuk ke ahli terapi bicara.
e. Ajarkan dan kaji makna non verbal
f. Latih dalam penggunaan bibir, mulut dan lidah.
5. Tingkatkan kebutuhan status nutrisi.
a. Kaji pola makan anak
b. Timbang BB tiap hari
c. Berikan nutrisi yang adekuat
d. Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan makan dan minum
6. Cegah terjadinya aspirasi
a. Lakukan suction segera bila ada sekret.
b. Berikan posisi tegak lurus atau setengah duduk saat makan dan minum
c. Kaji pola pernafasan
7. Tingkatkan kebutuhan intelektual.
a. Kaji tingkat pemahaman anak
b. Ajarkan dalam memahami percakapanàverbal atau non verbal
c. Ajarkan menulis sesuai dengan kemampuan anak dan orang tua.
d. Ajarkan membaca dan menulis sesuai dengan kebutuhan
8. Penuhikebutuhan sehari-hari
a. Kaji tingkat kemampuan anak dalam memenuhi kebutuhan
b. Bantu dalam memenuhi kebutuhan; ma/mi, eliminasi, personal hygiene, aktifitas bermain.
c. Libatkan keluarga dan anak yang kooperatif.
9. Tingkatkan pengetahuan dan peran orang tua/keluarga dalam memenuhi kebutuhan perawatan.
a. Kaji tingkat penetahuan orang tua
b. Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan tentang kondisi anak.
c. Ajarkan orang tua dalam memenuhi kebutuhan perawatan anak
d. Ajarkan latihan terapi fisik dan kebutuhan sesuai kondisi
e. Takankan bahwa oran tua dan keluarga mempunyai peran penting dalam membantu pemenuhan kebutuhan anak.
f. Ajarkan pentingnya bermain dan sosialisasi.
10. Cegah kerusakan integritas kulit.
a. Kaji area yang terpasang alat penyokong
b. Gunakan lotion untuk mencegah kulit kering
c. Berikan posisi nyaman
0 komentar:
Posting Komentar