Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Rabu, 18 April 2012

Kode Etik Keperawatan

Kode Etik Keperawatan Indonesia
Terdiri dari 5 Bab, dan 17 pasal. yaitu:
1.     Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat
a.Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada tanggungjawab yang bersumber dari adanya kebutuhan akan keperawatan individu, keluarga dan masyarakat.
b.Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya di bidang keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat-istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.
c.Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi individu, keluarga dan masyarakat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan. Tanggung jawab terhadap tugas
d.Perawat senantiasa menjalin hubungan kerja sama dengan individu, keluarga dan masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan khususnya serta upaya kesejahteraan umum sebagai bagian dari tugas kewajiban bagi kepentingan masyarakat.
2.     Tanggung jawab terhadap tugas
a.Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat.
b.Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
c.Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
d.Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
e.Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.
3.  Tanggungjawab terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya
a.Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
b.Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
4.     Tanggungjawab terhadap profesi keperawatan
a.Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesional secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
b.Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.
c.Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan dan pendidikan keperawatan.
d.Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.
5.     Tanggung jawab terhadap pemerintah, bangsa dan negara
a.Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang diharuskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
b.Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.
Kode Etik Keperawatan Indonesia
a. Perawat dan Klien
1)Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
2)Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama klien.
3)Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan.
4)Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
b. Perawat dan praktek
1)Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui belajar terus-menerus
2)Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
3)Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain
4)Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku profesional.
c. Perawat dan masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
d. Perawat dan teman sejawat
1)Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
2)Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.

e. Perawat dan Profesi
1)Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan
2)Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan
3)Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.
KODE ETIK KEPERAWATAN AMERICAN NURSES ASSOCIATION
1.       Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat kemanusiaan dan keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan status sosial atau ekonomi, atribut personal atau corak masalah kesehatan.
2.       Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi yang bersifat rahasia
3.       Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya terancam oleh praktek seseorang yang tidak berkompoten, tidak etis atau ilegal
4.       Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan yang dijalankan masing-masing individu
5.       Perawat memelihara kompetensi keperawatan
6.       Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan menggunakan kompetensi dan kualifikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan konsultasi, menerima tanggung jawab dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain.
7.       Perawat turut serta beraktivitas dalam membantu pengembangan pengetahuan profesi
8.       Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan meningfkatkan standar keperawatan
9.       Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina kondisi kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas
10.     Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik terhadap informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas perawat
11.     Perawat bekerja sama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat lainnya dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi kebutuhan kesehatan publik
KODE ETIK KEPERAWATAN (INTERNATIONAL COUNCIL OF NURSE (ICN) )
1. Tanggung Jawab Utama Perawat
Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, memelihara kesehatan dan mengurangi penderitaan. Untuk melaksanakan tanggung jawab utama tersebut, perawat harus meyakini bahwa :
a.kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai tempat adalah sama.
b.pelaksanaan praktik keperawatan dititik beratkan pada penghargaan terhadap kehidupan yang bermartabat dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
c.dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan /atau keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, perawat mengikutsertakan kelompok dan instansi terkait.
2. Perawat, individu, dan anggota kelompok masyarakat.
Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyuarakat. Oleh karena itu , dalam menjalankan tugas, perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan menghargai nilai-nilai yang ada di masyarakat, menghargai aadat kebiasaan serta kepercayaan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menjadi pasien atau kliennya. Perawat dapat memegang teguh rahasia pribadi (privasi) dan hanya dapat memberikan keterangan bila diperlukaan oleh pihak yang berkepentingan atau pengadilan.
3. Perawat dan pelaksanaan praktik keperawatan
Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktik keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan keperawatan. Perawat dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya secara aktif untuk menopang perannya dalam situasi tertentu. Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai dengan standar profesi keperawatan.
4. Perawat dan lingkungan masyarakat
Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap, mempunyai inisiatif, dan dapat berperan serta secara aktif dalam menentukan masalah kesehatan dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
5. Perawat dan sejawat
Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman kerja, baik tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain di keperawatan. Perawat dapat melindungi dan menjamin seseorang, bila dalam masa perawatannya merasa terancam.
6. Perawat dan profesi keperawatan
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar praktik keperawatan dan pendidikan keperawatan . Perawat diharapkan ikut aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan perawatan secara profesional. Perawat sebagai anggota profesi berpartisipasi dalam memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktik keperawatan.

STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN

Standar praktek keperawatan adalah ekspektasi minimal dalam memberikan asuhan keperawatan yang aman,efektif, dan etis.standar praktek keperawatan merupakan komitmen profesi keperawatan dalam melindungi masyarakat terhadap praktek yang dilakukan oleh anggota profesi.
Standar praktek keperawatan meliputi :
Standar I  : Ilmu keperawatan
Perawat profesional melaksanakan prakteknya didasarkan pada ilmu keperawatan dan materi yang relevan dengan keperawatan yang berasal dari ilmu-ilmu lain dan humaniora,serta secara terus-menerus mengembangkan diri sepanjang kehidupan keprofesiannya.perawat profesional harus memahami dan menganalisis empat konsep serta hubungan keempatnya yang terdiri dari keperawatan,manusia,konsep sehat-sakit serta lingkungan,memahami peran perawat profesional,hubungan antara perawat dengan individu dan kelompok,hubungan antar sesama perawat,hubungan antara perawat dengan disiplin/profesi kesehatan lainnya,memahami tahapan proses keperawatan,prinsip-prinsip dalam intervensi keperawatan,menganalisis kesehatan yang lazim terjadi,memahami keadaan klien;kritis,akut,resiko tinggi ataukah normal.menganalisis isu-isu tentang keperawatan,kerangka konsep tentang etik dan legislasi yang mempengaruhi situasi dimana perawat bekerja.memahami metodologi penelitian dalam keperawatan,konsep kepemimpinan,manajemen sumber-sumber pelayanan kesehatan,dan sistem pelayanan kesehatan.
Standar II : Akuntabilitas profesional perawat profesional menjalankan fungsi independen dan interdependen serta harus dapat memenuhi persyaratan etis dan legal dalam menjalankan praktek profesionalnya.
Standar III : Pengkajian Perawat profesional melalui konsultasi dengan klien mengumpulkan data tentang kesehatan klien secara sistematis untuk pemeriksaan awal,pengkajian yang terus-menerus dan pengkajian yang lebih rinci untuk hal-hal tertentu dalam rangka menentukan satu atau lebih diagnosa keperawatan.
Standar IV : Perencanaan Perawat profesional melalui konsultasi dengan klien mengindentifikasi prioritas,waktu pencapaian,dan strategi/intervensi dari standar rencana keperawatan yang bersifat individual sehingga dapat mencapai hasil akhir yang paling mungkin dicapai untuk setiap klien.
Standar V : Implementasi Membuat pertimbangan dalam memodifikasi tahap implementasi untuk disesuaikan dengan situasi klien.
Standar VI  :  Evaluasi Perawat profesional berkonsultasi dengan klien secara sistematika mengevaluasi sejauhmana hasil yang diharapkan telah dicapai.perawat profesional mengevaluasi asuhan keperawatan terhadap klien secara individu maupun keseluruhan praktek keperawatan yang telah dilaksanakannya.Perawat profresional berpartisipasi dalam mengevaluasi sistem pemberian pelayanan keperawatan.

Syaraf Kranial

SYARAF KRANIAL
Terdapat 12 pasang syaraf cranial yaitu:
1.SK I (olfactorius): S, Penciuman
2.SK II (Opticus): S, Penglihatan, input refleks fokusing dan konstriksi pupil di limbik
3.SK III (Okulomotorius): M, Pergerakan bola mata elevasi alis, konstriksi pupil dan memfokuskan lensa
4.SK IV (Trochlearis): M, Pergerakan bola mata ke bawah
5.SK V (Trigeminus):
oV1(Syaraf optalmik): S, input dari kornea, rongga hidung bagian atas, kulit kepala bagian frontal, dahi, bagian atas alis, konjungtiva kelenjar air mata
oV2 (Syaraf maksilari): S, input dari dagu, bibir atas, gigi atas, mukosa rongga hidung, palatum, faring
oV3 (Syaraf Mandibular): S,M, input dari lidah (bukan pengecapan), gigi bawah, kulit di bawah dagu, mengunyah
6.SK VI (Abdusen): M, Pergerakan mata ke lateral
7.SK VII (Fasialis): S,M, Pengecapan, Salivasi, lakrimasi, pergerakan otot wajah
8.SK VIII(Vestibulocochlearis): Vestibular untuk keseimbangan, cochlearis untuk pendengaran
9.SK IX(Glossofaringeus): S,M Pengecapan, sensasi lain dari lidah, salivasi dan menelan
10.SK X (vagus): S,M, menelan, monitor kadar oksigen dan karbondioksida darah, tekanan darah, kegiatan organ visceral lain
11.SK XI(Aksesorius): M, produksi suara di laring, Pergerakan kepala dan bahu, muscle sense
12.SK XII(Hipoglosus): M, Pergerakan lidah saat bicara, mengunyah, muscle sense

Asuhan Keperawatan Hipospadia

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Hipospadia merupakan kelainan bawaan dimana meatus uretra eksterna terletak di ujung permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal. Dimana kebanyakan penderita terdapat penis yang melengkung ke bawah. Hal ini disebabkan oleh adanya chordee, selain disebabkan oleh chordee salah satu ciri khas yang lebih spesifik dari hipospadia yaitu juga adanya hipospadia yang tidak memiliki chordee.

B.    Tujuan
1.     Tujuan Umum
Dalam pembuatan asuhan keperawatan tentang hipospadia ini mempunyai tujuan untuk memberikan pengetahuan tentang apa hipospadia itu sebenarnya
2.     Tujuan Khusus
Dalam asuhan keperawatan hipospadia ini, pembaca agar lebih waspada dengan penyakit kelainan ini dan agar lebih hati-hati lagi



















BAB II
TINJAUAN TEORI


A.    PENGERTIAN
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana meatus uretra eksterna terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis).

B.    ETIOLOGI / PENYEBAB
Penyebab kelainan ini adalah maskulinisasi inkomplit dari genitalia karena involusi yang prematur dari sel interstisial testis.

C.    TANDA DAN GEJALA
Pada kebanyakan penderita terdapat penis yang melengkung ke arah bawah yang akan tampak lebih jelas pada saat ereksi. Hal ini disebabkan oleh adanya chordee, yaitu suatu jaringan fibrosa yang menyebar mulai dari meatus yang letaknya abnormal ke glans penis. Jaringan fibrosa ini adalah bentuk rudimenter dari uretra, korpus spongiosum dan tunika dartos. Walaupun adanya chordee adalah salah satu ciri khas untuk mencurigai suatu hipospadia, perlu diingat bahwa tidak semua hipospadia memiliki chordee.

D.    PATOFISIOLOGI
Kelainan bawaan
Beberapa kelainan bawaan yang biasanya tidak disertai gejala-gejala klinik dapat berupa genesis, hipoplasi dan beberapa kelainan bentuk dan kelainan ukuran penis.
Kelainan bawaan yang disertai gejala klinik, misal :
Hypospadia dan epispapia
Hypospadia ialah penis dan muara uretra pada bagian ventral penis, epispadia ialah penis dengan muara uretra pada bagian dorsal penis. Kelainan ini biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti penurunan testis yang tidak sempurna. Kelainan kandung kemih dan kadang-kadang kelainan lain yang tidak memungkinkan kehidupan. Walaupun tidak membahayakan jiwa penderita tetapi akibatnya sering cukup berat, misalnya apabila uretra bermuara pada pangkal penis melakukan ejakulasi dan inseminasi tidak sempurna sehingga menyebabkan sterilisasi.







E.    PATHWAY
Lemas / ansietas
 
 

















F.     PENATALAKSANAAN
Dikenal banyak teknik operasi hipospadia, yang umumnya terdiri dari beberapa tahap yaitu :
  1. Operasi penglepasan chordee dan tunneling
Dilakukan pada usia 1 ½ - 2 tahun. Pada tahap ini dilakukan operasi eksisi chordee dari mura uretra sampai ke glans penis. Setelah eksisi chordee maka penis akan menjadi lurus akan tetapi meatus uretra masih terletak abnormal. Untuk melihat keberhasilan setelah eksisi dilakukan tes ereksi buatan intraoperatif dengan menyuntikkan NaCl 0,9 % ke dalam korpus kavernosum.
Pada saat yang bersamaan dilakukan operasi tunneling yaitu pembuatan uretra pada gland penis dan muaranya. Bahan untuk menutup luka eksisi chordee dan pembuatan tunneling diambil dari preputium penis bagian dorsal. Oleh karena itu hipospadia merupakan kontraindikasi mutlak untuk sirkumsisi.
  1. Operasi uretroplasti
Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretra dibuat dari kulit penis bagian ventral yang diinsisi secara longitudinal paralel di kedua sisi.
Beberapa tahun terakhir, sudah mulai diterapkan operasi yang dilakukan hanya satu tahap akan tetapi operasi hanya dapat dilakukan pada hipospadia tipe distal dengan ukuran penis yang cukup besar. Operasi hipospadia ini sebaiknya sudah selesai dilakukan seluruhnya sebelum si anak masuk sekolah, karena dikhawatirkan akan timbul rasa malu pada anak akibat merasa berbeda dengan teman-temannya.


G.   KOMPLIKASI
Struktur uretra (terutama pada sambungan meatus uretra yang sebenarnya dengan uretra yang baru dibuat) atau fistula.




































BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN


A.    DIAGNOSA
1.     Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat bentuk badan berubah (Carpenito, 2001)
2.     Gangguan identitas diri berhubungan dengan ketidakmampuan atau kehilangan fungsi penis (Carpenito, 2001)
3.     Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan (Tucker, 1999 : 243))

B.    INTERVENSI
1.     Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat bentuk badan berubah (Carpenito, 2001)
Intervensi :
a.      Terapkan BHSP perawat / klien
b.     Tingkatkan interaksi sosial
c.      Cari sumber kekuatan pada individu

2.     Gangguan identitas diri berhubungan dengan ketidakmampuan atau kehilangan fungsi penis (Carpenito, 2001)
Intervensi :
a.      Ijinkan anak untuk membawa pengalamannya sendiri ke dalam situasi
b.     Dorong interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa yang mendukung

3.     Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan (Tucker, 1999 : 243)
Intervensi :
a.      Kaji ansietas (ringan, sedang, akut)
b.     Beri dukungan emosional
c.      Pertahankan keyakinan lingkungan
d.     Ajarkan teknik relaksasi
e.      Berikan dorongan untuk melakukan periode istirahat
f.      Batasi pengunjung bila perlu






C.    IMPLEMENTASI
1.     Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat bentuk badan berubah (Carpenito, 2001)
Implementasi :
a.      Menerapkan BHSP perawat / klien
b.     Meningkatkan interaksi sosial
c.      Mencari sumber kekuatan pada individu

2.     Gangguan identitas diri berhubungan dengan ketidakmampuan atau kehilangan fungsi penis (Carpenito, 2001)
Implementasi :
a.      Mengijinkan anak untuk membawa pengalamannya sendiri ke dalam situasi
b.     Mendorong interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa yang mendukung

3.     Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan (Tucker, 1999 : 243)
Implementasi :
a.      Mengkaji ansietas (ringan, sedang, akut)
b.     Memberikan dukungan emosional
c.      Mempertahankan keyakinan lingkungan
d.     Mengajarkan teknik relaksasi
e.      Memberikan dorongan untuk melakukan periode istirahat
f.      Membatasi pengunjung bila perlu

















DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. Linda Jual. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Tucker, SM. YZ. 1998. Standar Keperawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Asuhan Keperawatan Cerebral Palsy

CEREBRAL PALSY

PENGERTIAN
Cerebral palsy adalah suatu gangguan non spesifik yang disebabkan oleh abnormalitas sistem motor piramida (korteks, basal ganglia dan otak kecil) yang ditandai dengan kesukaran pergerakan dari postur pada serangan awal (Suriadi & Rita Y, 2001).
Suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progesif, oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.

PENYEBAB
Penyebab Cerebral Palsy dibagi dalam 3 bagian yaitu:
1.      PARINATAL
Infeksi yang terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin, misalnya toxoplasmosis, rubella dan penyakit infeksi sitomegalik.
2.      PERINATAL
1.      Anoksia/Hipoksia
Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah cidera otak.Keadaan inilah yang menyebabkan anoksia. Hal demikian terdapat pada keadaan presentasi bayi yang abnormal, disproporsi sefalopelvik, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus yang menggunakan alat bantu tertentu.
2.      Perdarahan Otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama sehingga sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernafasan dan peredaran darah sehingga terjadi anoksia.Perdarahan di ruang subdural dapat menekan korteks cerebri sehingga timbul kelumpuhan spastis.
3.      Prematuritas
Bayi yang kurang bulan kemungkinan menderita perdarahan otak lebih banyak dibandingkan dengan cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, faktor pembekuan darah dll, masih belum sempurna.
4.      Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang “kekal” akibat masuknya billirubin ke ganglia basal.
5.      Meningitis  Purulen
Meninigitis purulen pada masa bayi jika terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa serebral palsy.
3.      PASCANATAL
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang menggangu perkembangan dapat menyebabkan cerebral palsy misalnya; trauma kapitis, miningitis, encepalitis dan luka parut pada otak pasca operasi.

MANIFESTASI KLINIS
Kelainan fungsi motorik yang terjadi adalah;
1.      SPASTISITAS. Terdapat peningkatan tonus otot dan reflek yang disertai dengan klonus. Tonus otot yang meningkat biasanya menetap dan tidak hilang meskipun penderita dalam keadaan tidur. Reflek Babinski positif, bisa terjadi kontraktur. Kerusakan biasanya terletak pada traktus kortikospinalis. Bentuk kelumpuhan spasitas tergantung pada letak dan besarnya kerusakan.
2.      TONUS OTOT YANG BERUBAH. Pada usia 1 bulan anak akan tampak fleksid (lemas) dan berbaring sepert kodok, setelah 1 tahun akan berubah menjadi spastik. Reflek Babinski negatif, kerusakan biasanya terletak pada batang otak.
3.      KOREO-ATETOSIS. Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi dengan sendirinya (involuntar movement) kerusakan terjadi di ganglia basalis.
4.      ATAKSIA. Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid dan menunjukkan perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan, nampak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lamban dan semua pergerakan canggung dan kaku. Kerusakan biasanya di Serebelum.
5.      GANGGUAN PENDENGARAN. Gangguan berupa kelainan neurogen terutama presepsi nada tinggi.
6.      GANGGUAN BICARA. Gerakan yang terjadi dengan sendirinya di lidah dan bibir menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
7.      GANGGUAN MATA. Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi.

Manifestasi klinis pada anak dengan cerebral palsy adalah;
1.      Masa Neonatal
a.      Depresi / asimetris dan refleks primitif
b.      Reaksi yang berlebihan terhadap stimulus
c.      Kejang-kejang
d.      Gejala neurologik lokal
2.      Masa umur kurang dari 2 tahun
a.      Keterlambatan perkembangan motorik, seperti duduk dan jalan.
b.      Terdapat paralisis spastik
c.      Terdapat gerakan-gerakan involunter
d.      Menetapnya refleks primitif.
e.      Tidak/keterlambatnya timbulnya refleks-refleks yang lebih tinggi.
3.      Anak yang lebih besar
a.      Keterlambatan “milestone” perkembangan
b.      Disfungsi dari tanggan
c.      Gangguan dari cara berjalan
d.      Terdapat spastisitas
e.      Terdapat gerakan-gerakan involunter
f.       Retradasi mental
g.      Kejang-kejang
h.     Gangguan bicara, pendengaran, penglihatan.

PATHOFISIOLOGI
Adanya malformasi padar otak, penyumbatan pada vaskuler, atropi, hilangnya neuron dan degenerasi laminar akan menimbulkan narrow gyn, saluran sulci & berat otak rendah.
Anoksia merupakan penyebab yang berarti dengan kerusakan otak, atau sekunder dari penyebab mekanisme yang lain. Cerebral Palsy dapat dikaitkan dengan premature yaitu spastik diplegia yang disebabkan oleh hypoxia infarction atau hemorragie dalam ventrikel.
Type Athetoid/dyskinetik disebabkan oleh kernicterus dan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, adanya pigmen berdeposit pada basal ganglia dan beberapa saraf nuclei kranial. Juga dapat terjadi bila basal ganglion mmengalami injury yang ditandai dengan tidak terkontrol, pergerakan tidak disadari dan lambat.
Type Cerebral palsy hemiparetic, karena trauma pada korteks atau CVA pada arteri cerbral tengah, cerebral hypoplasia, hypoglicemia neonatal dihubungkan dengan ataxia cerebral palsy.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Resiko injuri berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak terkontrol dan kejang
2.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme dan kelemahan otot
3.      Perubahan tumbang berhubungan dengan gangguan neuromuskuler.
4.      Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuskuler dan kesukaran dalam artikurasi.
5.      Perubahan nutrisi kurang dari  kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesukaran menelan dan peningkatan aktivitas.
6.      Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
7.      Perubahan proses  berpikir berhubungan cerebral injury, ketidakmampuan belajar.
8.      Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan spasme otot, meningkatnya aktifitas, perubahan kognitif.
9.      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan dirumah dan kebutuhan terapi.
10.   Perubahan peran orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak dalam kondisi kronis.
11.   Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penggunaan alat penyokong.

RENCANA TINDAKAN
1.      Tingkatkan kebutuhan keamanan dan mencegah injury.
a.      Hindari anak dari kebutuhan yang membahayakanàjatuh
b.      Perhatikan anak-anak saat beraktifitas
c.      Berikan istirahat bila anak lelah
d.      Gunakan alat pengaman (K/P)
e.      Bila anak kejang pasang alat pengamanàagar lidah tidak tergigit
f.       Lakukan suction
g.      Pemberian anti kejang (K/P)
2.      Tingkatkan kemampuan mobilitas fisik.
a.      Kaji pergerakan sendi-sendi dan tonus otot
b.      Lakukan terapi fisik
c.      Lakukan reposisi tiap 2 jam
d.      Evaluasi kebutuhan alat-alat khusus; makan, menulis, membaca dan beraktifitas
e.      Ajarkan dalam menggunakan alat bantu jalan.
f.       Ajarkan cara duduk, merangkak pada anak kecil, berjalan dll.
g.      Ajarkan bagaimana cara mengapai benda
h.     Ajarkan untuk mengerakkan anggota badan
i.       Ajarkan ROM yang sesuai
j.       Berikan periode istirahat
3.      Tingkatkan kebutuhan tumbang dalam tingkat yang optimal.
a.      Kaji tingkat tumbang
b.      Ajarkan intervensi awal dengan terapi rekreasi dan aktifitas sekolah
c.      Berikan aktifitas yang sesuai, menarik dan dapat dilakukan.
4.      Tingkatkan komunikasi.
a.      Kaji respon dalam berkomunikasi.
b.      Gunakan alat bantuàkomunikasi
c.      Libatkan keluarga dalam melatih anak berkomunikasi.
d.      Rujuk ke ahli terapi bicara.
e.      Ajarkan dan kaji makna non verbal
f.       Latih dalam penggunaan bibir, mulut dan lidah.
5.      Tingkatkan kebutuhan status nutrisi.
a.      Kaji pola makan anak
b.      Timbang BB tiap hari
c.      Berikan nutrisi yang adekuat
d.      Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan makan dan minum
6.      Cegah terjadinya aspirasi
a.      Lakukan suction segera bila ada sekret.
b.      Berikan posisi tegak lurus atau setengah duduk saat makan dan minum
c.      Kaji pola pernafasan
7.      Tingkatkan kebutuhan intelektual.
a.      Kaji tingkat pemahaman anak
b.      Ajarkan dalam memahami percakapanàverbal atau non verbal
c.      Ajarkan menulis sesuai dengan kemampuan anak dan orang tua.
d.      Ajarkan membaca dan menulis sesuai dengan kebutuhan
8.      Penuhikebutuhan sehari-hari
a.      Kaji tingkat kemampuan anak dalam memenuhi kebutuhan
b.      Bantu dalam memenuhi kebutuhan; ma/mi, eliminasi, personal hygiene, aktifitas bermain.
c.      Libatkan keluarga dan anak yang kooperatif.
9.      Tingkatkan pengetahuan dan peran orang tua/keluarga dalam memenuhi kebutuhan perawatan.
a.      Kaji tingkat penetahuan orang tua
b.      Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan tentang kondisi anak.
c.      Ajarkan orang tua dalam memenuhi kebutuhan perawatan anak
d.      Ajarkan latihan terapi fisik dan kebutuhan sesuai kondisi
e.      Takankan bahwa oran tua dan keluarga mempunyai peran penting dalam membantu pemenuhan kebutuhan anak.
f.       Ajarkan pentingnya bermain dan sosialisasi.
10.   Cegah kerusakan integritas kulit.
a.      Kaji area yang terpasang alat penyokong
b.      Gunakan lotion untuk mencegah kulit kering
c.      Berikan posisi nyaman